Friday, January 9, 2009

(Pemikiran Sosialis A la Dandy) Revolusi Bolivarian di Venezuela

*Tulisan ini merupakan sebagian kutipan dari makalah Indra 'dandy' Pradana ( notabene gw sendiri ) untuk melengkapi tugas makalah kelas Poltik di Amerika Latin.
Alasan gw mem-posting saduran makalah ini adalah, karena gw orang yang terinspirasi oleh Chavez dan gerakan Bolivarian di Venezuela, dan berharap untuk bisa membagi pengetahuan yang gw punya, sebagai sarana sosialisasi dan promosi gratis! hehe

Pengertian Revolusi Bolivarian

Revolusi Bolivarian adalah sebuah perjuangan untuk membebaskan Venezuela dari kapitalisme dan sistem Neo – Liberal. Revolusi ini dapat dideskripsikan sebagai sebuah revolusi yang menempatkan rakyat, terutama rakyat kelas bawah yang non-borjuis, sebagai pusat dari gerakan dengan dibawahi oleh satu pemimpin. Pemimpin tersebut hanya berfungsi sebagai pemicu dan mengilhami terjadinya gerakan tersebut. Sedangkan gerakan sosial yang menjalankan demokratisasi dalam rangka mencapai pembebasan Venezuela, dilakukan sendiri oleh rakyat. Nama revolusi ini sendiri sebenarnya lebih merupakan sebagai pengukuhan Chavez atas pengidolaannya terhadap sosok Simon Bolivar, dan diharapkan revolusi ini dapat meneruskan cita – cita Bolivar, yaitu kebebasan masayarakat Amerika Latin ( terutama Venezuela ) dari kapitalisme.

Kendaraan utama dalam mencapai mobilisasi massa adalah sistem Lingkaran Bolivarian, sebuah lingkaran imajiner di mana rakyat benar – benar menjalankan perannya di dalam pemerintahan melalui penetapan anggaran belanja daerah, prioritas pembangunan daerah, dan pembahasan konstitusi nasional di dalam distrik mereka masing – masing. Pembangunan di daerah mereka juga dilakukan oleh mereka sendiri. Mengenai contoh – contoh dari gerakan sosial masyarakat akan dijelaskan pada sub-bab berikutnya.

Lalu di mana peran pemimpin sebagai pemicu? Pemimpin akan menggunakan wewenangnya secara eksekutif untuk melakukan tindakan – tindakan awal dari gerakan revolusi tersebut. Dalam kasus Venezuela, contohnya adalah nasionalisasi PDVSA yang merupakan perusahaan minyak terbesar di Venezuela, dan pendirian rumah makan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat Venezuela di mana pengelolaannya dilakukan oleh rakyat dengan kesadaran sendiri.

Selain bermaksud menolak Neo – Liberalisme, Revolusi ini juga bertujuan untuk lebih meningkatkan partisipasi masyarakat, baik di dalam pemerintahan distrik masing – masing maupun pemerintahan nasional. Dalam tujuan ini, Revolusi Bolivarian mempunyai kesamaan dengan sistem Demokrasi Partisipatoris yang berlaku di Porto Allegre, Brazil.

Revolusi Bolivarian yang dibangun di Venezuela merupakan salah satu gerakan yang sudah menjadi tonggak sejarah dan perkembangan yang penting di Amerika Latin

Proses Revolusi Bolivarian di Venezuela

Revolusi Bolivarian sudah dimulai kala Chavez melakukan kudeta terhadap pemerintahana Carlos Andrez Perez pada Februari 1992, namun berhasil digagalkan oleh pemerintahan Perez. Kudeta tersebut merasa perlu dilakukan Chavez, karena rezim Perez ditandai dengan rezim yang sangat condong kepada sistem Neo-Liberalisme yang nyatanya semakain memperlebar jurang pemisah masayarakat kelas borjuis dan kelas bawah. Walaupun gagal, usaha kudeta yang dilakukan oleh Chavez mendapatkan simpati di mata masyarakat. Sebelum tahun 1998, saat Chavez hendak mencalonkan diri pada Pemilu di tahun yang sama, Chavez giat berkeliling Venezuela menganai rencananya untuk membentuk Dewan Konstituante apabila ia terpilih menjadi presiden[1].

Tahap berikutnya dalam Revolusi Bolivarian di Venezuela adalah kemenangan Chavez pada pemilu Venezuela 1998 melalui partai The Fifth Republic Movement (MVR) yang merupakan transformasi dari sebuah kelompok kudeta bernama Moviento Bolivariana Revolucioner 200 (MBR 200). Kebijakan awal yang signifikan dalam era pemerintahan Chavez adalah melakukan nasionalisasi perusahaan minyak PDVSA. Nasionalisasi ini dianggap penting karena minyak merupakan tulang punggung perekonomian Venezuela. Chavez berniat untuk membangun kesejahteraan sosial Venezuela di eranya melalui ekspor minyak (petro left) ke luar negeri. Hal ini sejalan dengan pokok pikiran dari Evelyn Huber Stephens dan John D. Stephens yang menyatakan bahwa demokrasi tergantung kepada struktur sosial dan institusi politik, dengan ditunjang dari ekspansi ekspor[2]. Sekedar tambahan, dependensi perekonomian terhadap penjualan minyak merupakan hal yang cukup beresiko, mengingat minyak akan mampu menjadi tulang punggung perekonomian ( dan juga basis pembangunan Venezuela, dalam kasus Chavez ) hanya selama harga minyak tetap tinggi[3]. Setelah nasionalisasi PDVSA guna mendapatkan modal melakukan pembangunan, Chavez mulai melaksanakan program – programnya yang antara lain pembangunan rumah untuk memberikan suplai pangan kepada seluruh masyarakat Venezuela sebanyak 6000 buah di seluruh Venezuela. Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab A bagian isi, pengelolaan rumah suplai makanan ini diserahakan seluruhnya kepada masyarakat, mulai dari proses masak – memasak hingga kepada distribusinya. Dalam masa awal pemerintahannya, Chavez juga mengganti konstitusi Venezuela.dengan pokok pikiran yang lebih membuat Venezuela sebagai negara anti Neo-Liberalisme. Penggantian konstitusi ini terjadi setelah ia membentuk Dewan Konstituante yang bertujuan untuk meningkatkan aspirasi rakyat dalam pembuatan undang – undang, seperti rencananya pada masa kampanye.

Tahap ketiga dalam revolusi ini adalah saat timbulnya gerakan dari masyarakat pengusaha ( borjuis ) yang merasa banyak dirugikan dengan kebijakan perekonomian Chavez. Kaum borjuis ini bersatu dengan militer ( dan diduga turut disokong oleh pemerintah Amerika Serikat ) untuk mengkudeta Chavez. Peristiwa kudeta ini terjadi pada tahun 2002. Hal ini menunjukkan bahwa Revolusi Bolivarian yang terjadi di Venezuela ternyata cenderung untuk merugikan kaum borjuis yang notabene minoritas. Namun, hanya berselang dua hari setelah Chavez dikudeta, terjadi gerakan massa pendukung Chavez yang luar biasa. Dengan inisiatif dan mobilisasi mereka yang serempak, mereka mampu mengkudeta kembali militer untuk menaikkan kembali Chavez sebagai presiden. Inilah salah satu gerakan sosial yang paling menonjol dalam Revolusi Bolivarian. Hal ini semakin menunjukkan betapa Revolusi Bolivarian sudah semakin diterima oleh mayoritas masyarakat Venezuela, dan bersamaan dengan makin melekatnya Revolusi Bolivarian ke dalam sendi – sendi kehidupan Venezuela, revolusi ini sudah semakin sesuai dengan sistem yang bekerja dari gerakan sosial masyarakat, atas inisisatif masyarakat itu sendiri.

Kemudian tahap yang keempat terjadi setelah Chavez kembali memgang tampuk kepemimpinan, pasca gagalnya kudeta militer dan kaum borjuis terhadap Chavez di tahun 2002. Di tahun yang sama, tekanan kembali datang dari kaum borjuis (yang merasa kecewa karena telah gagal mengkudeta Chavez), terutama dari kalangan pengusaha. Para pengusaha pemilik pabrik berusaha menyabotase perekonomian dengan menutup pabrik – pabrik mereka. Secara jangka pendek, usaha ini berhasil mengahambat roda perekonomian Venezuela, terutama dengan timbulnya banyak buruh pengangguran akibat ditutupnya pabrik tersebut. Namun lagi – lagi Revolusi Bolivarian membuktikan bahwa revolusi ini sudah melekat betul ke dalam masyarakat mayoritas Venezuela (golongan menengah ke bawah, terutama buruh), sehingga mereka sudah paham betul akan perlunya inisiatif dan gerakan sosial yang berasal dari bawah. Pabrik – pabrik yang tutup mereka buka kembali tanpa adanya jajaran manajemen dari perusahaan tersebut. Mereka melakukan pekerjaan di pabrik mereka yang sudah tutup tersebut, sesuai dengan kemampuan dan posisi mereka masing – masing. Gerakan dari masyarakat ini ternyata mampu menghidupkan kembali perekonomian Venezuela, dan para buruh yang menganggur tersebut berhasil mendapatkan pekerjaannya kembali. Pabrik – pabrik yang ditinggalkan oleh pemiliknya tersebut kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah dan dijadikan aset negara.

Tahap yang terakhir ditandai dengan kembali terpilihnya Chavez sebagai presiden Venezuela pada pemilu 2006. Dalam tahap ini, Revolusi Bolivarian semakin bercorak kiri seiring dengan semakin tegasnya Chavez menetapkan haluan Venezuela sebagai negara yang sosialis pada masa jabatannya kali ini. Dengan kembali naiknya Chavez dan semakin menguatnya pola kiri di Venezuela, Revolusi Bolivarian akan mengalami masa – masa yang merupakan masa pengujian konsistensi dan kompetensinya dalam penerapannya di Venezuela, pada pemerintahan yang semakin lantang berteriak kepada sistem Neo-Liberalisme tersebut.


Prospek Revolusi Bolivarian di Masa yang Akan Datang

Sejauh ini, Revolusi Bolivarian yang terjadi di Venezuela teraplikasikan dengan cukup baik. Gerakan sosial yang merupakan salah satu output dari Revolusi Bolivarian berkali – kali masih dapat menjaga revolusi ini dengan baik. Lalu bagaimana dengan prospek revolusi ini di masa - masa mendatang? Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menjawab masalah ini, baik berupa faktor pendukung maupun faktor penghambat.

Apabila dilihat dari faktor pendukung, maka dapat dibagi menjadi :

yang pertama adalah keadaan masyarakat Venezuela yang sudah makin memahami perannya di dalam revolusi ini. Masyarakat Venezuela menyadari bahwa merekalah penggerak utama revolusi, dari merekalah gerakan sosial tersebut berasal. Hal ini sudah terbukti saat berkali – kali inisiatif mereka untuk melakukan gerakan selalu dapat menyelamatkan revolusi ini. Sebagai kekuatan utama Revolusi Bolivarian, kesadaran dan inisiatif mereka dalam melakukan gerakan sosial merupakan satu nilai vital yang akan sangat menunjang keberlangsungan revolusi ini.

yang kedua adalah harga minyak dunia yang terus menerus melambung belakangan ini. Seperti pemikiran Stephens and Stephens yang sudah saya kutip di atas bahwa ekspansi ekspor merupakan penunjang demokrasi. Venezuela yang merupakan negara petro left tentu merupakan salah satu pihak yang diuntungkan dengan naiknya harga minyak dunia tersebut. Sebagai penunjang ekonomi dan fasilitas pembangun kesejahteraan sosial, pendapatan yang tinggi dari minyak akan membuat pembangunan yang lebih pesat dan pelayanan sosial yang makin baik pula. Mereka semakin tidak memerlukan hubungan diplomatik yang intens dari negeri Neo-Liberalisme, sehingga salah satu tujuan utama dalam diadakannya Revolusi Bolivarian akan tercapai.

yang ketiga adalah faktor lingkungan dan negara tetangga. Kecenderungan pergerakan kiri yang terjadi dengan rentang waktu yang tidak jauh berbeda membuat negara – negara di Amerika Latin akan saling mendukung gelombang demokratisasi dan anti Neo-Liberalisme. Bentuk – bentuk dukungan dan solidaritas ini akan mendukung eksistensi dan perkembangan Revolusi Bolivarian.

Yang keempat adalah faktor Chavez sendiri yang menjadi pelindung sekaligus simbol dari Revolusi Bolivarian. Chavez adalah otak sekaligus penggerak rakyat dalam revolusi ini. Selama Chavez belum kehilangan keyakinannya pada sistem yang dia anut dan konsistensinya di dalam mengeluarkan kebijakan pemerintah masih tetap terjaga, tidak akan ada perubahan berarti yang akan melemahkan revolusi tersebut.

Sedangkan apabila ditinjau dari faktor penghambat, faktor – faktor ini terbagi menjadi :

yang pertama adalah masyarakat yang kontra dengan Revolusi Bolivarian (terutama masyarakat borjuis ) masih belum bisa terkonsolidasi ke dalam satu Venezuela. Bentuk Revolusi Bolivarian memang cenderung merugikan pihak pemilik modal dan pengusaha. Mereka adalah pelaku utama oposisi dalam sebuah Revolusi Bolivarian.

Yang kedua adalah keadaaan dan sikap negara – negara Neo-Liberalisme dalam menghadapai Revolusi Bolivarian. Seperti yang kita ketahui, negara – negara penganut Neo-LIberlaisme tidak akan begitu saja membiarkan pengharuh mereka berkurang, atau muncul timbulnya gerakan yang menentang mereka. Contohnya peristiwa Teluk Babi di Kuba tahun 1961, atau terlibatnya Amerika di dalam kudeta terhadap Chavez pada tahun 2002. Bukan tidak mungkin adanya intervensi dari negara – negara Neo-Liberlaisme tersebut akan kembali menggoyahkan Revolusi Bolivarian.

Apabila melihat faktor – faktor di atas, maka dalam jangka waktu dekat Revolusi Bolivarian masih dapat bertahan, bahkan berkembang. Hal itu dapat dilihat dari kecenderungan yang berlaku sekarang, di mana faktor pendukung seperti faktor Chavez dan harga minyak belum ada tanda – tanda akan mengalami penurunan. Pasca pemilu 2006 hingga saat ini, Chavez justru semakin menggebu – gebu memerangi Neo-Liberalisme. Sedangkan harga minyak juga masih melambung, sehingga dalam waktu ini perekonomian Venezuela akan terus tersokong dari ekspansi ekspor. Kedua faktor ancaman di atas pun perlu waktu untuk mengkonsolidasi kekuatan demi melawan dan mengkudeta Revolusi Bolivarian, setelah terakhir gagal pada tahun 2002. Sehingga untuk sekarang dan beberapa waktu mendatang, ancaman terhadap Revolusi Bolivarian kemungkinan tidak akan datang dalam bentuk yang benar – benar besar dan sifatnya mengancam.

Lain halnya apabila kia membicarakan prospek jangka panjang revolusi ini. Walaupun mungkin ke depannya Revolusi Bolivarian akan semakin berkembang, tidak mustahil ancaman yang akan datang juga semakin kuat. Yang pertama, bisa jadi konsolidasi kekuatan kontra Revolusi Bolivarian sudah menguat, negara Neo-Liberalisme sudah mempunyai celah untuk melakukan counter-bolivariansm, atau mungkin ekstremnya akan muncul revolusi, idealisme, atau gerakan lain dari negara Neo-Liberlisme untuk mengakali dan menyaingi Revolusi Bolivarian. Yang kedua adalah masih fluktuatifnya harga minyak, dan sulit untuk diprediksi. Tidak ada yang tahu apabila dalam jangka panjang harga minyak yang fluktuatif akan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi di Venezuela dan mengakibtakan melemahnya tulang punggung utama dalam revolusi ini. Yang ketiga ada pada diri Chavez. Chavez tidak akan selamanya memimpin Venezuela. Yang harus dipertanyakan adalah kualitas kepemimpinan pengganti Chavez kelak di waktu yang akan datang.

Jadi walaupun mungkin dalam jangka pendek Revolusi Bolivarian masih dapat tetap mempertahankan eksistensi dan memperkuat pengaruhnya, ancaman yang akan datang dalam perkembangan mereka secara jangka panjang juga kemungkinan akan semakin menguat.




[1] Soyomukti, Nurani. Hugo Chavez VS Amerika Serikat. Jogjakarta : Garasi, 2008 hal .77

[2] Rueschemeyer, D., Stephens, E. H., Stepehens J. D., Capitalist Development and Democracy. Chicago : University of Chicago Press

[3] Schamis, Hector E. Populism, Socialism, and Democratic Institutions. Journal of Democracy volum 17, October 2006, hal .30



No comments:

Post a Comment