Wednesday, April 21, 2010

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu...Silahkan Marahi Saya jika Saya Tidak Sopan

Stasiun Tebet
x April 2010
7.30

Gw lagi antri beli tiket kereta buat ke depok. Kebetulan di tebet ada 2 (atau 3 ya?) loket buat beli tiket, dan disana disediakan besi pembatas sebagai line antrian. Persis di depan gw ada mas-mas jangkung yang sedang berbincang dengan penjaga loket, sembari mengeluarkan selembar uang dua ribuan untuk ditukar dengan kertas kecil bertuliskan "Tebet - Bogor". Gw pun siap sedia mengeluarkan dompet setengah usang gw, dan mulai memilah uang di dalamnya. Tepat saat si Mas-Mas jangkung hendak meninggalkan loket, di serong kanan depan gw ada seorang nenek kecil berjilbab pink. Alih-alih giliran gw untuk beli tiket, si nenek dengan entengnya nyempil lewat celah antara line besi antrian dengan loket. Ajaib, tiba-tiba si nenek udah berdiri di depan gw, dan melakukan transaksi dengan penjaga loket. Sedikit nyengir, gw mengelus dada..
Persis setelah si nenek jilbab pink selesai, gw sempatkan diri buat senyum sembari menegur kecil. "Nek, lain kali antri ya. Kasian ini dibelakang saya kayanya banyak yang udah telat kuliah dan udah antri daritadi buat beli tiket" (Silahkan cap gw sok soci, sok baik, atau apalah itu.. Gw cuma ga suka aja hak gw untuk beli tiket setelah ngantri tiba-tiba di rampas...hehe).

Dan si nenekpun tersipu..

-------------------------------------------------


Stasiun Tebet
Beberapa hari kemudian, xx April 2010
11.07

Kembali gw mengantri di depan loket demi memperoleh transportasi yang murah meriah ke depok. Murah meriah tentu diselipi resiko terlambat, panas, copet, orang bawa karung dagangan, dll. Tapi tak apalah...namanya juga Jakarta-Depok untuk Rp 1.500,hehe. Kali ini di depan gw ada mbak-mbak, yang sepertinya anak kuliahan juga. Saat si mbak udah nyaris meninggalkan loket karena sudah mendapatkan tiket yang diinginkan, gw kembali sibuk berkutat dengan dompet gw. Sembari memegang dompet, gw melangkah ke depan buat bertatap muka dengan sang penjaga loket...tiba-tiba ada orang lari dengan sigap dari sebelah kanan gw (well, dari luar antrian). Buru-buru tangannya diulurkan ke loket, mendahului tangan gw. Kaget karena diserobot dengan begitu sigap dan bernafsu, gw pun jadi agak ketus. Kali ini seorang ibu-ibu, agak tua (kendati bukan nenek), berkerudung merah. Gw langsung tanggap menukas "Bu, antri dong". Dalam sekejap, sepasang bola mata yang melotot langsung menatap gw. Bola mata si ibu kerudung merah itu.Muka si Ibu terlihat ketus dan angkuh, sembari tetap menatap tajam gw. Merasa dipelototi, si Ibu gw pelototi balik. Senyap sebentar, sebelum si Ibu menunduk dan jalan dengan gontai ke belakang baris antrian yang cukup panjang.
Saat gw udah selesai beli tiket, gw balik badan melewati antrian itu dan berpapasan dengan si Ibu. Tiba-tiba si Ibu mengeluarkan celetuk dengan nada agak tinggi :"Huh, gitu aja marah! Saya kira itu loket sebelah sini kosong!" sambil telunjuknya mengacung ke loket sebelah loket yang antri panjang itu (nah lho, bingung ga sama bahasa gw? hehe).
Jengkel banget gw dengan ucapan defensif si Ibu. Yang pertama, jelas-jelas loket sebelah ada tulisan tutup, dan di dalamnya ga ada penjaga loket. Yang kedua, emang kalo udah gitu bisa seenaknya pindah ke loket sebelah tanpa antri dulu??
Pingin rasanya gw damprat dengan argumen itu. Tapi ya sudahlah..gw memutuskan untuk jalan terus tanpa menghiraukan si Ibu yang nyerocos di belakang gw. Males ngebahas urusan ga penting sama orang ga ngerti aturan.

Biarlah si Ibu berkicau di belakang sana..


-------------------------------------------------------

Manggarai
(masih) April 2010
20.30

Gw menyeret tubuh lemas gw dengan malasnya. Berusaha untuk menyeberangi jalan satu arah persis di depan stasiun Manggarai. Dari arah stasiun, jalan satu arah itu arusnya dari kanan ke kiri. Maka gw menyeberang cukup dengan hanya menengok ke kanan...mengasumsikan bahwa itu jalan satu arah, dan hanya orang gila atau brengsek yang ngelawan arah di situ. Kalaupun memang benar ada orang gila dan brengsek yang melawan arah, sudah seharusnya dia yang mengalah di kala gw nyeberang jalan tapi ga memerhatikan dia, karena perhatian gw tentu ke arah yang sebenarnya. Dan tebak apa? Ternyata orang gila atau brengsek itu memang ada. Yang lebih ga enak lagi, ternyata dia super gila dan super brengsek, karena ga mau mengerem saat gw menyeberang tanpa ngeliat dia yang melawan arah. Nyaris saja pemuda ramah dan simpatik ini digilas oleh sebuah motor bebek. Rupanya si super gila dan super brengsek ini sempat membejek remnya sesaat sebelum menghantam badan gw. jadinya hanya kaki gw yang sempat kena cium oleh roda motornya.
Kaget, gw langsung menengok ke oknum itu. Bapak-bapak umur 40-an, yang membonceng Ibu-ibu umur 30-an. Gw ga inget apa-apa, yang jelas motor sialan itu langsung tancap gas lagi sembari ngedumel. Gw ga mikir apa-apa, cuma ngeliat ke bawah, ngecek kaki gw masih utuh apa nggak. Saat lega karena kaki gw masih berada dalam bentuk yang semestinya, gw berusaha melongok motor yang mulai menjauh itu dari belakang. Tebak apa? Gw memergoki si Ibu-ibu memelototi gw!! Gw ga tau lagi, yang pasti ini udah melebih super gila dan super brengsek. Ga pake basa-basi, gw langsung melotot balik ke si Ibu, dengan tangan dilebarkan dan bertumpu di pinggul (posisi ngajak ribut). Bahkan sampe si Ibu itu nunduk, dan kembali melihat gw, gw masih tetap dalam posisi melotot tajam ke Ibu itu, dengan pose yang sama. Tampak si Ibu itu ngedumel ke bapak-bapak. Dan motor itu sempet berhenti sejenak. Gw menangkap bahwa si Ibu itu menenangkan si bapak, dan kemudian motor keparat itu jalan lagi. Dugaan gw, si Ibu ngadu ke si bapak kalo : "bocah itu ngeliatin kita dengan nyolot".
Yaiyalah, gimana gw ga mau nyolot?? Gw yang nyaris ketabrak gara-gara dia yang blo'on..udah gitu malah dia yang ngedumel dan melotot duluan. Gw udah ga pingin melotot doang, tapi pinginnya langsung mukulin dua begundal uzur itu..

Sayang harapan gw sirna. Si motor buru-buru cabut dan lenyap di tikungan terdekat...

-----------------------------------------------

Tiga cerita dalam satu bulan. Ketiganya melibatkan manusia-manusia yang secara umur di atas gw...tapi tidak dengan kedewasaan dan keberadaban. Okelah, untuk kasus pertama, gw masih bisa toleran. Tapi tidak dengan dua kasus berikutnya...
Muncul pertanyaan di pikiran gw : Apa umur seseorang itu bisa jadi justifikasi atas tindakan yang mereka lakukan? Apakah dengan demikian, kami yang lebih muda ini selalu dalam posisi yang Sok tahu, Sok suci, Sok bijak, dll? Apakah tindakan gw bisa dikatakan tidak sopan? Apa memang gw yang salah?

Nyatanya, kelakuan bocah dari para Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu "terhormat" itu bukan hanya memunculkan gw sebagai korban. Ada seorang teman gw yang nyaris pukul-pukulan sama bapak-bapak di lampu merah. Gara-garanya teman gw ini dimaki-maki oleh si bapak, kala lampu masih merah...dan teman gw menolak maju, di saat bapak ini menuntut teman gw untuk mengabaikan lampu lalu lintas itu.

Sebegitu hebatnyakah pengaruh mereka? Damn!! Mereka cuma unggul karena lahir lebih dulu daripada gw dan temen gw. Mereka belum tentu lebih pintar, mereka belum tentu lebih kuat, mereka belum tentu lebih dewasa, mereka belum tentu lebih suci, dan mereka jelas tidak lebih beradab daripada kami.. Sebegitunyakah para "elder" ini??

Dan gw juga melihat bahwa gejala ini ga jarang muncul. Saat seseorang dengan identitas yang mereka rasa lebih tinggi daripada orang lain, dengan entengnya mereka ngerasa paling bener dan bisa ngapain aja. Identitas yang gw maksud ini ga cuma umur, tapi juga identitas lainnya. Misalnya, gw pernah mengalami macet pagi yang tidak biasa. Sekitar 4 kilometer non stop. macet itu ternyata disebabkan karena ada acara keagamaan yang mengambil tempat di jalan raya. Bukan pawai, tapi semacem khotbah besar, dengan tenda yang menyeruak hingga ke tangah jalan raya yang biasanya memang rute padat pagi hari. Dan hal ini ga cuma sekali gw rasain, tapi dua kali. Emangnya ini jalanan nenek moyangnya apa?? Emangnya mereka yang ngerasa lebih suci bisa seenaknya make tempat dan fasum kaya gitu??

Udah lama gw ngerasa priharin sama kelakuan-kelakuan semi-biadab kaya gitu. Dan ini mental kebanyak orang-orang kita. Mereka ngaco, ditegur, malah nyolot. Terus aja kaya gitu. Ga tua ga muda. Apalagi kalo ada yang tua dan berlagak bahwa mereka lebih hebat, dan ngerasa bukan hal yang santun apabila yang muda menegur kesalahan mereka. Iya pak, bu...lain kali ga gw tegur, langsung gw gaplok aja gimana?

-catatan di kala bete dan dongkol memuncak- (bisa jadi tidak objektif)

Assalammualaikum!! Selamat pagi sodare-sodare, saya kembali menulis!!

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan ini saya bertekad untuk menyempatkan waktu menulis kembali.

Hehe, gw sempet tidak ngeblog selama hampir 4 bulan. Alasannya macem-macem : dari sibuk banget, beneran sibuk, sedang sibuk, agak sibuk, sok sibuk, dan yang lainnya..
Gw juga belum menemukan mood yang pas untuk kembali bercengkarama dengan dunia "Tulis Menulis Iseng-Iseng".

Tapi kebetulan, hasrat itu kembali muncul. Menggebu untuk melampiaskan apa yang pingin gw tulis. Ke sok tahuan gw yang pingin gw bagi ke orang-orang, keanehan hidup gw yang mungkin ga penting bagi kalian, kenarsisan gw yang seakan tidak luluh dimakan usia, ke-sok romantisan gw yang seringkali menghasilkan karya murahan.

Apapun itu, gw kembali menulis!! Bagus-ga bagus, Norak-ga norak...tinggal pilih, mau dibaca apa di skip!! hehe.

Salam jumpa!!