Friday, January 9, 2009

(Pemikiran Sosialis A la Dandy) Jalan Kiri Amerika Latin

*Lagi-lagi, gw berhasrat untuk promosi gratis soal kesepahaman gw dengan sistem politik Amerika Latin. Dan lagi-lagi, tulisan ini disadur dari review gw yang disarikan dari berbagai macam sumber dalam rangka kuliah Politik Amerika Latin. Pesan gw adalah : Jangan langsung timbul pikiran bernada konotasi negatif terhadap sosialisme. Sosialisme (utamanya kiri-tengah Amerika Latin) yang gw tawarkan berbeda dari komunisme rusia dan cina masa lampau. Dan nyatanya negara seperti Venezuela, Bolivia, dan Kuba cukup sukses dengan sistem ini, dan terhindar dari krisis ekonomi global!
** Untuk info lebih jauh mengenai sistem sosialisme yang dianut di Venezuela dan bagaimana revolusi berjalan di sana, silahkan baca postingan terdahulu gw mengenai Revolusi Bolivarian di Venezuela.


Pola Kiri di Amerika Latin

Pengertian Jalan “Kiri” Amerika Latin, Serta Penganut dan Ciri – cirinya

Kiri di Amerika Latin merupakan sebuah ideologi politik yang berorientasi pada ideologi komunis dan sosialis, dan muncul sebagai reaksi atas penolakan liberalisme dan kapitalisme.

Jalan Kiri di Amerika Latin ini kemudian muncul dalam beberapa variasi. Mengutip klasifikasi Jorge Castaneda[1], Kiri di Amerika Latin digolongkan dalam 2 tipe utama. Yang pertama adalah Kiri yang Sosialis dan Komunis, pola Kiri yang memiliki nilai – nilai Marxis dan Leninis yang mengakar. Tipe kedua adalah Kiri Populis yang lebih moderat dan anti komunis. Diperlukan sosok pemimpin yang juat dan pengadaan program – program sosial dalam mengaplikasikan Kiri Populis ini.

Negara yang menganut Kiri ini adalah :

Brazil, dengan Luiz Inacio atau Lula sebagai pemimpinnya. Bentuk Kiri di Brazil ditandai dengan munculnya partai buruh yang menjadi wadah dari serikat buruh lainnya, dan menjadikan partai buruh ini menjadi basis kekuatan politik sekaligus ideologi Kiri di Brazil. Namun belakangan ini, Lula kerapkali mulai dikritik karena dirasa terlalu kompromi terhadap negara – negara liberalis.

Uruguay, dengan Tabarez Vazquez. Memakai sistem multipartai untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Uruguay dalam pemerintahan.

Cile, dengan Patricio Alywin. Kemunculan kiri di Cile dilengkapi dengan terbentuknya sistem demokrasi yang kuat, setelah partai – partai Cile membentuk persatuan yang dinamakan Consertacion, yang kemudian menjadi wadah demokrasi bagi masyarakat Cile[2]

Peru, dengan Alan Garcia sebagai presidennya.

Argentina, dengan Nestor Kirchner. Kirchner muncul pada tahun 2003 menggantikan Carlos Menem yang sangat condong kepada liberalisme, terutama dengan melakukan banyak privatisasi terhadap industri – industri yang penting dan kemudian menyebabkan Argentina terpuruk dalam resesi ekonomi.

Venezuela ( Hugo Chavez ) dan Bolivia ( Evo Morales ). Kedua negara ini memiliki partai politik yang relatif lemah, tetapi negara dapat tetap stabil dengan mengandalkan sektor ekonomi dari produksi minyak mereka ( Petro – Left )[3]

Pola Kiri di Amerika Latin ini memiliki ciri – ciri, yaitu terbentuk melalui sistem elektoral, dengan didukung oleh organisasi massa ( misalnya serikat buruh ), dan juga memiliki massa dan kemauan yang kuat dalam menentang Neoliberalisme, walaupun tetap mengadakan hubungan kerjasama dengan Amerika Serikat.

Kemunculan Jalan Kiri Amerika Latin

Kegagalan Neoliberalisme di Amerika Latin menyebabkan terjadinya resesi ekonomi. Kegagalan itu misalnya di Argentina, pada rezim Carlos Menem yang berorientasi kepada liberalisme ternyata malah membuat perekonomian Argentina terpuruk, dan terjadi penutupan rekening bank masyarakat. Resesi Ekonomi di negara – negara Amerika Latin ini yang kemudian memunculkan timbulnya gerakan kiri dari masyarakat[4] . Jadi, jalan Kiri ini dibuat dalam rangka menandingi Neoliberalisme.

Dibandingkan dengan aliran Kiri Lama, Kiri - Tengah di Amerika Latin ini terbentuk secara lebih demokratis, yaitu pemilihan elektoral, dan cenderung ke arah populis dengan menjalankan program – program sosial. Selain itu, Kiri ini lebih terbuka terhadap sistem pasar, kendati tetap melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan – perusahaan yang penting bagi negara. Dari segi hubungan diplomatik dengan negara – negara liberalis, Kiri – Tengah tidak terlalu radikal seperti pola Kiri Lama, melainkan tetap membangun hubungan kerjasama dengan negara – negara tersebut.

Kelemahan dan Kritik terhadap Kiri Amerika Latin

Nasionalisasi terhadap perusahaan – perusahaan yang dimilki swasta mau tidak mau menimbulkan pihak – pihak yang dirugikan, salah satunya adalah investor swasta dalam negeri yang perusahaannya dinasionalisasi. Mereka mengalami kerugian yang cukup besar dari sisi ekonomi. Kekecewaan dari investor dan pengusaha ini kemudian rentan menimbulkan konflik dengan pihak – pihak yang nasionalis dan mendukung nasionalisasi perusahaan tersebut. Bahkan di Venezuela sendiri sudah terjadi bentrokan antar kelas tersebut.

Selain itu, dalam contoh Bolivia, pengeluaran pemerintah yang besar dalam lelang untuk mengakuisisi perusahaan minyak swasta paling besar, menyebabkan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang terkesan dipaksakan untuk menutupi pengeluaran tersebut[5] Diantara kebijakan tersebut, yang cukup signifikan adalah : Kenaikan pajak, harga, dan royalti perusahaan tersebut, pembagian saham untuk pihak asing yang ditunjuk pemerintah dan pihak dalam negeri, serta hak untuk merevisi kontrak – kontrak yang berlaku dalam perusahaan tersebut.

Selain itu, dalam sistem Kiri – Tengah ini juga memungkinkan untuk terjadinya Policy Switch, yaitu perubahan kebijakan yang dijanjikan pemerintah pada masa kampanye dan masa berkuasa. Hal ini terjadi misalnya pada sistem ekonomi yang dahulu dijanjikan akan berjalan secara sosialis, namun ke depannya kebijakan ekonomi tersebut sedikit banyak sama dengan yang diterapkan pada sistem Neoliberal[6]. Penyebabnya adalah pola Kiri – Tengah adalah sebuaha pola yang merupakan polarisasi dari pola kiri dan kanan, sehingga batas – batasnya menjadi tidak jelas, dan memungkinkan untuk terjadinya kebijakan yang bercorak Kiri, namun tetap memiliki unsur kanan yang kental.

Sipil – Militer di Amerika Latin

Militer Paska Ototorisme di Negara - Negara Amerika Latin

Rezim militer yang berkuasa di sebagaia negara – negara Amerika Latin mulai digantikan dengan rezim pemerintahan sipil satu persatu. Perubahan peran dan wewenang militer pada masa pemerintahan demokrasi sipil berbeda – beda sesuai dengan sejarah dan kebijakan pemerintah yang berkuasa. Namun sebagian besar, kekuatan militer di negara Amerika Latin cenderung berkurang pada masa pemerintahan sipil.

Di Brazil, militer pada masa pemerintahan sipil tidak mengalami pengurangan peran dan wewenang yang berbeda. Hal ini disebabkan karena sejak militer Brazil berdiri, Brzail tidak pernah mengalami suatu keadaan dimana militer benar – benar memegang kekuasaan yang absolut, namun tetap mempunyai peranan dalam sejarah perjalanan negaranya[7].

Berbeda dengan Brazil, Argentina yang sempat mengalami pemerintahan di bawah rezim milite, dan mempunyai sejarah yang panjang dalam mengkudeta pemerintahan di Argentina, justru mengalami banyak sekali pengurangan hak dan wewenang mereka di pemerintahan sipil. Pemerintahan sipil paska rezim otoriterisme cenderung membatasi ruang gerka militer Argentina. Hal ini terutama terjadi pada masa pemerintahan pemerintahan Raul Alfonsin, di mana pemerintahan Alfonsin membatasi ruang gerak militer dengan memanfaatkan kejatuhan militer Argentina paska keklahan di perang Malvinas[8]. Pembatasan tersebut berupa perubahan peran militer hanya sebagai penjaga kedaulatan Argentina, penurunan anggaran, hingga pencabutan kursi militer dalam Dewan Keamanan Nasional. Saya mencermati pembatasan ini sebagai dampak dari kekuatan militer Argentina yang begitu besar pada masa sebelumnya, yang dikhawatirkan dapat dengan mudah mengkudeta pemerintahan baru yang sedang berjalan.

Di Cile sendiri juga terjadi pembatasan militer, kendati pembatasn itu tidak separah dengan yang dialami militer di Argentina. Pengurangan hak dan wewenang militer di Cile tersebut masih tetap menempatkan militer di posisi yang berimbang dengan pemerintahan, dan reduksi tersebut dilakukan secara bertahap.

Hal yang agak berbeda terjadi di Peru. Berdirinya pemerintahan sipil tidak serta merta membuat militer Peru hanya menurun, tetapi juga kemudian bergerak naik kembali. Pada era penurunan militer yang pertama, keadaan yang hampir sama terjadi pada militer Argentina. Pembatasan ruang gerak dilakaukan di berbagai sektor. Kebangkitan pamor militer di era pemerintahan sipil terjadi karena adanya gerakan pemberontakan bersenjata dan dipergunakan Alberto Fujimori untuk mendukung jalnnya pemerintahannya[9]. Para elit politik mulai memulihkan kembali kekuatan militer untuk menjaga keamanan negara.

Apabila melihat grafik pengaruh militer dalam sistem politik di Brazil, Argentina, CIle dan Peru milik Wendy Hunter[10], maka dapat dilihat militer Cile yang memilki pengaruh paling tinggi pada awalnya, dan mengalami penrunan. Argentina memilki daris penurunan yang paling curam pada saat berkuasanya pemerintahan sipil. Brazil mengalami penurunan yang juga cukup curam, namun stabil setelah itu. Hanya Peru yang sempat mengalami penurunan paling curam seperti Argentina, namun kemudian justru melonjak drastis pada dekade pertama pemerintahan sipil.

Masalah dan Prestasi yang Dibuat Militer Amerika Latin Saat Ini

Dalam negara Peru, posisi militer yang menguat karena kebutuhan presiden Alberto Fujimori teryata membawa dampak yang negatif, yaitu terjadinya pelanggaran hak azasi manusia pada masa kudeta Fujimori tahun 1992 akibat gerakana militer di bawah kekuasaan Fujimori.

Prospek Militer di Amerika Latin pada Masa yang akan Datang

Kebanyakan, perkembangan militer di Amerika Latin mengalami puncaknya pada masa perang dingin, dan setalah itu, militer mulai mengalami antiklimaks. Apabila mengamati gejala ini, besar kemungkinan militer Amerika Latin hanya akan bangkit apabila “perang ideologi” kembali memanas. Namun melihat kemungkinan tersebut, hal tersebut cukup sulit terjadi mengingat pada era sekarang “perang ideologi” tersebut lebih difokuskan dalam sektor ekonomi, sehingga belum pada tahap yang perlu untuk menaikkan tingkat kesiagaan militer di masing – masing negara.

Prospek militer tidak hanya stagnan, tetapi juga memungkinkan untuk terus terjadi penurunan, apabila negara – negara di Amerika Latin ini tetap dibawahi pemerintahan sipil yang momfokuskan pada kestabilan ekonomi dan politik tanpa mengalami intervensi dari pihak – pihak lain.



[1] Schamis, Hector E. “Populism, Socialism, and Democratic Institutions”. Journal of Democracy. Oktober 2006

[2] ibid

[3] ibid

[4] Cleary, Matthew R.. “Explaining the Left’s Resurgence”. Journal of Democracy. Oktober 2006

[5] Petras, James. “Is Latin America Really Turning Left?”. Journal of Democracy. Oktober 2006

[6] ibid

[7] Carranza, Mario E. “Transitions to Electoral Regimes and the Future of Civil – Military Relations ini Argentina and Brazil”. www.jstor.org. 6 Desember 2007

[8] ibid

[9] Hunter, Wendy. “Continuity or Change? Civil-Military Relations in Democratic Argentina, Chile, and Peru”. www.jstor.org

[10] ibid






No comments:

Post a Comment