Monday, October 18, 2010

Wacana Pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto : Sudahkah Layak?

*Begian terakhir belum selesai, karena keterbatasan waktu...hehe. Terima kasih!

Senin 18 Oktober, seorang teman bercerita dan bertanya kepada saya..."Gw mau apa tau pendapat lo soal wacana pemberian gelar 'Pahlawan Nasional' kepada Soeharto, beserta alasan-asalannya". Kalau cuma ditanya tentang apa pendapat saya...saya akan jawab tidak setuju. Tapi untuk alasannya, saya lebih suka memaparkan via blog ini, atau bertemu langsung dengan orang yang bersangkutan (orang bersangkutan ini maksudnya teman saya yang berinisial 'P', bukan Soeharto).

Inilah sedikit ulasan mengenai alasan saya yang tidak setuju kepada pemberian gelar kepada Soharto. Perlu diingat bahwa tulisan ini hanyalah essay kecil, tentang pendapat pribadi yang berdasarkan sedikit literatur (yang dapat saya percaya). Jadi ini hanya essay saja, dan bukan karya ilmiah yang sudah diujikan keabsahannya dalam sidang atau presentasi!

Here's your answer P :

Saya membagi tulisan ini ke dalam beberapa bagian, yang kiranya dapat menjelaskan dengan lebih runtun mengenai azas kesesuaian pemberian gelar 'Pahlawan Nasional' kepada Soeharto. Yang pertama, tentu saja kita harus mengetahui definisi 'Pahlawan Nasional', dan batasan-batasan serta indikator yang dapat merujuk kepada status sesorang yang hendak dianugerahi gelar tersebut. Baru pada tahap berikutnya, diperlukan sebuah riset kecil tentang apa saja yang sudah dilakukan oleh Soeharto semasa hidupnya. Kemudian kita akan meninjau kesesuaian batasan-batasan tersebut, dengan nilai-nilai yang sudah dibawa tokoh tersebut.


A. Definisi dan Indikator-Indikator "Pahlawan Nasional"

Setidaknya ada dua hal yang bisa digunakan sebagai alat ukur dalam penetapan kriteria gelar "Pahlawan Nasional". Yang pertama adalah definisi "Pahlawan Nasional" secara etimologis bahasa Indonesia. Yang kedua adalah melihat definisi dan kriteria gelar "Pahlawan Nasional" yang diakui dan tercantum di dalam Perpres No. 33 Tahun 1964.

Untuk mencari asal dan definisi frase “Pahlawan Nasional” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terus terang saya mengalami kesulitan teknis. Mengapa? Karena kebetulan saya tidak punya KBBI……hehe. Tapi biasanya saya selalu mencari lewat situs buatan Diknas yang berisi salinan langsung dari KBBI, menjadi KBBi versi online. Entah mengapa, sudah 2 bulan ini situs tersebut tidak bisa diakses. Mohon maaf sebelumnya, tapi saya terpaksa menggunakan definisi dari kamus bahasa Indonesia lainnya, yang saya peroleh dari situs ini http://kamusbahasaindonesia.org. Menurut situs tersebut, definisi pahlawan dan nasional adalah sebagai berikut[1] :

pah.la.wan
[n] orang yg menonjol krn keberanian dan pengorbanannya dl membela kebenaran; pejuang yg gagah berani

na.si.o.nal
[a] bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dr bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa: cita-cita --; perusahaan --; tarian --

Definisi harus saya bagi menjadi dua, karena kamus tersebut tidak menjelaskan frase langsung pahlawan nasional. Adapun dari definisi tersebut, dapat ditarik beberapa indikator yang kemudian dapat dijadikan sebagai kriteria seorang pahlawan nasional. Untuk lebih ringkasnya, saya menjadikan “nasional” sebagai bagian yang menerangkan (dalam Frase Diterangkan-Menerangkan), sehingga bahasan dan indikator utama akan saya turunkan hanya dari “pahlawan”.

Berikut indikator yang saya turunkan dari “pahlawan” :

  1. Pejuang
  2. Menonjol karena keberanian
  3. Menonjol karena pengorbanan
  4. Membela kebenaran

Sedangkan “nasional” hanya bersifat penjelas, sebagi keterangan sifat dari “pahlawan” itu sendiri.

Berikutnya, kita akan mengurai kepada hal yang lebih spesifik dan lebih jelas, yaitu definisi dan kriteria “Pahlawan Nasional” yang termaktubkan di dalam Perpres No. 33 Tahun 1964[2].

Yang dimaksudkan dengan "Pahlawan" dalam peraturan ini ialah::

a. Warga Negara Republik Indonesia yang gugur atau tewas atau meninggal dunia

karena akibat tindak kepahlawanannya yang cukup mempunyai mutu dan nilai jasa perjuangan dalam suatu tugas perjuangan untuk membela Negara dan Bangsa;

b. Warga Negara Republik Indonesia yang masih diridhoi dalam keadaan hidup sesudah

melakukan tindak kepahlawanannya yang cukup membuktikan jasa-pengorbanan dalam suatu tugas perjuangan untuk membela Negara dan Bangsa dan yang dalam riwayat hidup

selanjutnya tidak ternoda oleh suatu tindak atau perbuatan yang menyebabkan menjadi cacad nilai perjuangan karenanya.

Poin b dapat kita hilangkan, karena wacana pemberian gelar Soeharto baru diapungkan setelah beliau meninggal. Lebih jauh, Perpres tersebut memberikan definisi yang jelas mengenai bentuk dari “jasa” dan”pengorbanan”.

(1) Yang dimaksudkan dengan "jasa" adalah nilai kemenangan dan/atau prestasi

yang telah dicapai, termasuk pula segala tindak dan/atau perbuatan yang menyebabkan

tercapainya kemenangan dan/atau prestasi tersebut.

(2) Yang dimaksudkan dengan "pengorbanan" adalah penderitaan dan/atau

kerugian yang terjadi, akibat suatu pendharmaan diri dalam pelaksanaan tugas dan/atau

perjuangan untuk kepentingan Negara dan Bangsa.

Lebih jauh, definisi dan penjelas tersebut dapat kita tarik menjadi beberapa indikator lagi. Yaitu :

  1. Pencapaian kemenangan dan prestasi
  2. Tindak-tanduk yang mendukung pencapaian
  3. Penderitaan dan kerugian
  4. Pendharmaan diri
  5. Kepentingan negara dan bangsa

Dari kedua sudut pandang tersebut, makan saya memeroleh 7 buah poin yang kiranya dapat menjadi kriteria penetapan seorang “Pahlawan Nasional”, yaitu :

1. Pejuang

2. Menonjol karena keberanian

3. Membela kebenaran

4. Pencapaian kemenangan dan prestasi

5. Tindak-tanduk yang mendukung pencapaian

6. Penderitaan dalam pendharmaan diri

7. Kepentingan negara dan bangsa

Dengan demikian, kita telah memiliki sebuah kriteria sederhana pendefinisian seorang tokoh yang dapat disebut sebagai Pahlawan Nasional.

B. Rekam Jejak Soeharto

Pada bagian ini, akan sedikit saya paparkan apa saja tindakan-tindakan dan pin-poin secara garis besar, yang kiranya dapat dijadikan sebagai acuan mengenai apa saja yang sudah dilakukan Soeharto untuk RI. Sebagai penjelas, banyak dari sekian banyak catatan ini yang diwarnai dengan kontroversi, mengenai sejarah yang sudah dibengkokkan. Karena sudah jamak bagi sejarah di negara manapun, bahwa berlaku hukum yang familiar disebut sebagai “The winner takes all”, termasuk perubahan alur sejarah.

Berikut adalah beberapa daftarnya :

  1. Peran Soeharto dalam perjuangan kemerdekaan, Serangan Umum 1 Maret 1949.

Studi literatur maupun beberapa dokumen yang diungkap pada masa orde baru (baik tertulis, maupun visualisasi dokumen yang menjadi sebuah film layar lebar), menyebutkan bahwa Letkol Soeharto adalah tokoh yang pertama kali mencanangkan, memrakarsai, dan memimpin langsung Serangan Umum 1 Maret terhadap Ibu Kota RI saat itu (Jogjakarta), agar dapat mendeklamasikan RI yang masih berdiri dan masih memiliki eksistensi. Letkol Soeharto terhitung berhasil dalam melaksanakan tugasnya memimpin pasukan gerilya, dengan berhasi menduduki Jogjakart selama 6 jam, dan menyiarkan kepada dunia internasional bahwa RI saat itu masih berdiri. Namun, yang menjadi kontroversi di sini adalah peran Soeharto yang dinilai dibesar-besarkan, dan dianggap hanya sebagai propaganda di saat ia menjabat sebagai presiden di masa Orba. Pendapat ini muncul dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh kekeratonan Jogja, dan laporan saksi, bahwa di dokumen berikutnya yang ditemukan pada saat orab dan film yang dibuat di jaman Orba, digambarkan bahwa Letkol Soeharto pemrakarsa, dan tidak menggambarkan peran Sri Sultan Hamengkubuwono IX di situ. Padahal, menurut beberapa sumber yang diakui keabsahannya, justru Sri Sultan HB IX yang terlebih dahulu memrakarsai, dan merancang serangan tersebut, sebelum berikutnya kemudian dilaksanakan oleh Letkol Seoharto[3]

  1. Peran Soeharto dalam perjuangan pembebasan Irian Barat, 1962. Setelah keberhasilannya memimpin tentara gerilyawan dan menduduki Yogyakarta selama 6 jam, karier Soeharto do militer terus meningkat. Hingga pada januari 1962, ia dilantik menjadi Mayor Jenderal, dan diserahi tanggung jawab untuk memimpin operasi militer pembebasan Irian Barat (Komando Mandala). Sejauh ini, belum ada kontroversi soal keberhasilan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando Mandala, dalam membebaskan Irian Barat.

  1. Poin berikutnya yang menarik untuk dibahas adalah persoalan mengenai gerakan 30 September 1965. Kontroversi mengenai dalang dibalik peristiwa ini masih bergulir hingga kini, dan bisa jadi tidak dapat diurai dengan sempurna hingga kapanpun. Hal itu berkaitan dengan dokumen-dokumen yang hilang, dan makin sedikitnya jumlah saksi hidup yang dapat dimintai keterangan. Namun, siapapun dalangnya, Soeharto jelas mempunyai pengaruh di dalam peristiwa ini. Hal ini juga diamini oleh John Roosa, seorang Indonesianis asal Amerika Serikat, yang menelurkan sebuah teori termutakhir, yang berusaha mengurai siapa pihak-pihak yang bertanggung jawab di belakang peristiwa 30 September. Di dalam bukunya Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia (yang kemudian diterbitkan di Indonesia sebagai : dalih pembunuhan missal), Roosa juga menyinggung tentang besarnya peranan yang dilakukan oleh Seoharto. Ia tidak menunjuk langsung kepada Soeharto bahwa ia figur sentral di balik peristiwa tersebut, namun lebih jauh ia mengurai tentang persaingan antara Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Angkatan Darat (AD) yang sedang panas pada pertangahan tahun 1960. Secara ringkas, Roosa menyebutkn bahwa perbutan kekuasaan di antara kedua pihak, membuat AD membuat seuatu rencana untuk menumpas PKI dalam sebuah gebrakan, dan hendak menempatkan orang dari AD di tampuk kekuasaan paska Soekarno. Oleh karena itu, AD membuat sebuah gerakan yang seolah-olah menunjuk bahwa PKI telah melakukan sebuah usaha kudeta, sehingga timbul pembenaran untuk menghabisi PKI hingga ke akar-akarnya. Dan rencana itu dipungkas dengan naiknya Seoharto yang mengambil kursi kekuasaan dari Soekarno, yang dianggap dalam keadaan tidak mampu untuk memimpin.[4]

Kontroversi soal ini juga dilanjutkan dengan Surat Perintah Sebelas Maret 1966, yang diklaim Soeharto sebagai surat penunjukkan dirinya oleh Soekarno, sebagai pemegang kekuasaan (sementara) yang sah, ketika Soekarno masih sakit. Namun hingga saat ini, dokumen tersebut diragukan kebenarnnya (karena hingga saat ini, Supersemar yang beredar hanylah berupa salinan). Dan beberapa saksi sejarah juga menyatakan bahwa surat itu ditandatangani Soekarno, di bawah intimidasi, sementara.saksi lainnya mengatakn bahwa Soekarno tidak pernah menulis surat perintah tersebut. Sementara, bukti lain menunjukkan bahwa Soekarno tidak menulis Supersemar sebagai pengalihan kekuasaan kepada Soeharto, melainkan hanya mandat untuk mengamankan keadaan.[5]

  1. Bagian yang berikutnya adalah bagian saat Soeharto sudah resmi menjabat sebagai presiden hasil legislatif, paska Pemilu 1971. Seharusnya bagian ini justru harus dibuat lebih fokus lagi, tapi karena keterbatasan...errrrr....waktu, maka akan saya singkat saja di dalam poin ini. Sebuah ‘prestasi’ yang menonjol dari Soeharto adalah pembangunan dan kekuatan ekonominya. Saat Indonesia dapat mencapai swasembada pangan, dan PELITA berjalan dengan cukup sukses. Itu sebuah pencapaian, yang banyak dikenang oleh banyak orang tua hingga kini. Biasanya dibumbui dengan kalimat “masih enak jaman Pak Harto daripada sekarang...harga-harga murah, makanan terjangkau”. Sebuah kalimat yang bisa menjadi pujian tersendiri bagi rezim kekuasaannya. Namun benarkah demikian? Benarkah bahwa sejatinya, pertumbuhan ekonomi pada jaman Soeharto jauh lebih pesat dan mencapai hasil yang lebih tinggi daripada sekarang? Pantaskah kalimat pujian tersebut disematkan? Nyatanya, pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan bersifat semu. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, merupakan hasil dari suntikan dana dan hutang dari IMF. Pembangunan memang harus diakui terjadi (ini yang membuat Pak Harto digelari “Bapak Pembangunan”), namun nyatanya pembangunan besar-besaran juga dilandasi di atas hutang. Dan tahun 1998 adalah pukulan telak bagi negara ini yang dibangun di atas hutang. Jadi seharusnya statement tentang “lebih enak jaman Pak Harto” tadi, lebih baik dikoreksi atau dicabut sama sekali. Karena kondisi ekonomi Indonesia akan semakin merosot apabila gaya kepemimpinan Soeharto diteruskan. Dosen saya, yang juga seorang peneilit sosial-politik pernah mengadakan studi dengan kawan-kawannya. Ia menghitung jumlah hutang Indonesia saat ini, dan dibagi dengan angka kelahiran Indonesia di tahun 2004. Saat itu, beliau mendapati hasil bahwa setiap bayi yang lahir pada tahun itu, masing-masing sudah menanggung hutang sekitar 3 juta rupiah. Hal ini belum diperparah dengan korupsi yang dilakukan oleh Soeharto dan kroninya, sewaktu ia masih menjabat menjadi presiden.

Di luar pembangunan ekonomi, permasalahan sosial dan budaya juga harus disorot dengan lebih jelas. Dari segi budaya, rezim Soeharto berusaha membuat kebijakan-kebijakan yang menyeragamkan masyarakat Indonesia, dan justru menghilangkan nilai-nilai asli banga Indonesia. Untuk kaum TiongHoa misalnya, banyak kebijakan Orde Baru yang mewaijbkan orang TiongHoa untuk meninggalkan unsur budaya mereka, misalnya nama, budaya, hingga kepercayaan. Begitu pula dengan penyeragaman masyarakat sosial di pedalaman. Misalnya pergantian nagari di Minang, menjadi desa, yang berbeda secara struktur.

Permasalahan sosial juga kerapkali ditutupi-tutupi oleh Soeharto, sebagai usaha untuk menjalankan sebuah pemerintahan yang solid dan terkesan kondusif. Dengan kata lain, banyak kegiatan yang harus dilakukan secara bawah tanah, agar isu-isu yang berpotensi mengguncang stabilitas nasional, dapat diredam. Salah satu bagian dari usaha bawah tanah tersebut adalah pengiriman intel ke tengah-tengah masyarakat. Tujuannya untuk mengawasi tindak0tanduk atau gerak-gerik yang berafiliasi dengan penciptaan instabilitas dan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan Orde Baru. Banyak dosen saya di Ilmu Politik (yang dahulu masih menjadi mahasiswa), harus berusaha ekstra keras hanya untuk mendapatkan kopian buku Das Kapital. Setiap acara keorganisasianpun juga kerapkali diawasi. Dosen saya yang dahulu juga sudah menjadi dosen, kerap disusup intel di dalam kelasnya sendiri. Ia kerap ditegur, karena memberikan kuliah ataupun referensi buku, yang dianggap tidak sejalan dengan pemerinthan Orde Baru. Program ABRI Masuk Desa juga ditengarai sebagai salah satu cara untuk menyisipikan Intel ke dalam masyarakat-masyarakat suburban. Di luar itu, banyak isu-isu tersebut yang kemudian meledak menjadi sebuah gerakan, dan harus ditanggapi dengan kekerasan oleh pemerintahan Orba. Dalam pemerintahan Seoharto, tercatat berbagai kasus yang berhubungan dengan kekerasan, hingga penculikan orang-orang yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya. Apakah Soeharto secara langsung terlibat? Hal itu baru merupakan asumsi besar, dan hingga kini belum ada pembuktian yang diusahakan oleh penegak hukum Indonesia. Namun satu yang pasti, langsung maupun tidak, Soeharto memiliki keterlibatan. Karena bagaimanapun, kasus-kasus tersebut terjadi di bawah rezimnya.

Di bidang politikpun, banyak dugaan yang merujuk kepada penggunaan kekuasaan dari Soeharto saat itum untuk makin melanggengkan kekuasaannya lagi. Ia memiliki kendaraan politik yang dapat beroperasi dengan ideal dan leluasa, ia memiliki rantai birokrasi yang makin memudahkannya untuk meluaskan jaringannya, dan ia punya popularitas untuk mendongkrak namanya agar semakin dicintai rakyat. Golkar pada masa Orde Baru merupakan partai yang tak mungkin tertandingi. Di bawah masa Soeharto, hanya Golkar yang boleh melakukan aktivitas kampanye hingga ke tingkat paling bawah (grass root), sedangkan PDI dan PPP hanya boleh berkampanye dan memiliki kantor cabang hingga tingkat kota/kabupaten. Menyoal nama Golkar juga pertimbangan yang sangat jitu dari Soeharto dan kroninya. Di satu sisi, pandangan masyarakat terhadap partai, selepas Orde Lama tidaklah baik. Hal ini disebabkan karena trauma Gerakan 30 September yang terjadi karena perselisihan partai politik. Dengan cermat, Soeharto memfusikan partai-partai lain dibawah PDI dan PPP (dengan tetap menggunakan imbuhan ‘P’ sebagai ‘Partai’), sementara Golkar sebagai kendaraan politiknya, tidak diberi status sebagai partai politik. Golkar sat itu mengklaim bahwa mereka bukan Partai Politik, melainkan hanya sebagai sebuah yayasan, dan organisasi sosial saja. Padahal sudah awam di kalangan akademisi politik, bahwa organisasi apapun yang mengikuti pemilu, termasuk dalam definisi sebuah partai politik. Selain itu, Golkar juga hendak dibuat sebagai figur yang menengah, sebuah medium dari dua parti lainnya (PDI dan PPP). Hal itu terlihat dari nomor urut partai saat pemilu. Nomor urut partai yang seharusnya diacak dalam setiap pemilu, tidak berlaku pada zaman Orde Baru. Golkar selalu memeroleh Nomer 2, di tengah-tengah PPP (nomor 1), dan PDI (nomor 2). Dan masih banyak cerita lain yang membuat Golkar menjadi partai sekaligus kendaraan politik yang hegemonik dari Seoharto, sementara kedua partai lain hanyalah pelengkap saja.

Demikianlah sedikit dari sekian banyak hal yang harus diurai dalam langkah Seoharti di Indonesia. Keterbatasan waktu membuat saya mustahil untuk memberikan penulisan lebih jauh, dan juga sumber yang lebih banyak.



[1] http://kamusbahasaindonesia.org (diakses pada tanggal 19 Oktober 2010, pukul 23.00 WIB)

[2] http://legislasi.mahkamahagung.go.id/docs/

PERPRES/PERPRES_1964_33_PENETAPAN,%20PENGHARGAAN%20DAN%20PEMBINAAN%20TERHADAP%20PAHLAWAN.pdf (diakses pada tanggal 19 Oktober 2010, pukul 23.07 WIB)

[3] Anonim. Kontroversi Serangan Umum 1 Maret 1949 : Polemik tentang Pemrakarsa dan Pelaksana Serangan. (Yogyakarta : Media Pressindo, 2000). Hal 39

[4] John Roosa. (terj.) Dalih pembunuhan missal. (Jakarta : Institut Sejarah Sosial Indonesia. 2008). Hal 250-291

[5] Budi Setiawanto. Setelah 42 Tahun, Siapa tahu Supersemar?.http://web.pab-indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=9896 (diakses pada tanggal 21 Oktober 2010, pukul 00.50 WIB)

Saturday, October 9, 2010

Nebeng Numpang Beken

"Si Komo itu bukan Kak Seto, tapi Oom gw! Oom gw yang ngisi suaranya si Komo!!"

(Saya -ketika berdebat dengan teman yang meyakini bahwa Kak Seto-lah si Komo)

Wednesday, September 22, 2010

Coldplay - Fix You Lyric

From the luckiest man in the world that became the most unlucky man in the world
To....you

When you try your best, but you don't succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can't sleep
Stuck in reverse

And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone, but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

And high up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Tears stream down on your face
When you lose something you cannot replace
Tears stream down on your face
And on your face I...

Tears stream down on your face
I promise you I will learn from my mistakes
Tears stream down on your face
And on your face I...

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Monday, September 20, 2010

Saya Sungguh Menyesal kepada Anda

Dimulai dari sebuah kecerobohan, diakhiri dengan penyesalan.
Itu masalah klasik yang kerap terjadi pada dalam kisah hidup manusia.
Menyesal pasti akibat tindakan yang niatnya A, tapi hasilnya B.
Tidak pernah ada cerita tentang 'menyesal', yang memang dimaksudkan hasilnya demikian.

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, menyesal kerap terjadi dalam kisah hidup manusia.
Saya tidak pernah masuk dalam pengecualian, termasuk sekarang ini.

Pernahkah Anda tersangkut dengan sesuatu yang datang dari masa lalu?
Bedakan antara 'tersangkut', dengan 'terjebak' atau 'terikat'
Tersangkut adalah posisi yang lebih tipis dan lebi tidak disengaja daripada terjebak,
tdaik ada pihak lain yang mengiginkan Anda dalam posisi yang demikian, namun memang hal itu terjadi begitu saja. Itulah tersangkut.
Anda merasa sama sekali tidak mersakan sesuatu yang ganjil...yang tidak ada apa-apanya.
Namun tiba-tiba sesuatu atau seseorang mengingatkan Anda bahwa ada sesuatu yang menempel pada Anda.
Seperti anda merasa berjalan dengan normal...namun tiba-tiba pucuk celana anda tersangkut pada sebuah paku yang menyembul di pinggiran meja.

Itu yang sedang saya rasakan. Saya tersangkut dalam masa lalu.
Saya memang tidak berniat untuk menyimpan segala memori yang tidak perlu.
Bukannya ingin bersikap dingin dan antipati terhadap masa lalu, tapi ada hal-hal dari masa lalu yang tidak sesuai dengan kondisi sekarang, dan tidak baik untuk dipertahankan.
Ketidaksesuaian itu dapat menyebabkan 'terjebak' dalam masa lalu, atau menyinggung dan melukai perasaan seseorang.
Saya terus maju bersama blog ini, tanpa memedulikan hal-hal kecil yang sudah saya tulis sebelumnya.
Hal-hal kecil dari masa lalu yang kirany tidak signifkan bagi saya, dan memcang terlupakan.
Namun jejak-jejak lama yang bagi seorang pribadi hanya sebuah jejak biasa, dapat dilihat sebagai sebuah eksistensi makhluk yang utuh bagi pribadi yang lainnya.
Tidak hanya bentuk telapak yang tercetak, namun wujud itu bisa menjelma menjadi kaki sungguhan yang seolah menjadi entitas pengejar dari masa lalu.
Sebuah blunder apabila melupakan hal seperti itu.
Apa yang kita rasakan,belum tentu sama dengan apa yang dirasakan dan diterjemahkan oleh orang lain.
Mungkin juga oleh Anda yang sedang membaca tulisan ini sekarang.

Saya lalai menghapus jejak-jejak yang sebenarnya sudah tidak saya perlukan dan pikirkan itu.
Bagi saya, itu akan sama dengan menyapu rumah berdebu saya yang penuh dengan siluet sol sepatu lalu-lalang.
Namun yang harusnya bagi saya tidak berat,ternyata malah terlewatkan.
Saya malah tertidur, dan membuat debu itu menebal dan menyebabkan saya terbatuk dan tercekik sendiri.
Dan dari paradigma pribadi lain, hal itu bisa jadi merupakan sesuatu yang menyinggung mereka.

Dan itulah yang saya lakukan, dan sudah terjadi.
Saya lalai, dan saya menyebabkan orang terluka karena itu.
Saya minta maaf....dan saya tidak tahu harus apa lagi.
Seperti ucapan klise yang saya dengungkan di atas. Menyesal selalu datang belakangan.
Saya Sungguh Menyesal kepada Anda.

-untuk seseorang yang berarti bagi saya-

Thursday, August 19, 2010

Wisudawan dan Wisudawati

Kemis Wage, 19 Agustus 2010


Oke,mari beralih sejenak dari postingan-postingan bernuansa serius dan agak-agak 'gloomy'. Hari ini kita bersenang-senang dan bersuka ria,karena FISIP UI mengadakan wisuda lokal untuk lulusan-lulusan sarjana tahun ini (yang tragisnya bukan saya....).

jam 4 sore, teater kolam sudah rame dengan persiapan ini itu,checksound untuk sound system, dekor,dan lain-lain. Dengan perasaan sumringah ketika akan bertemu dengan beberapa teman-teman yang lulus bulan ini,saya melangkah dengan ringan dan bernyanyi-nyanyi. Tiba-tiba ada tangan yang menjawil dan bertanya "eh,lo ikutan wisuda??". Sensitif dan menggugah rasa eneg memang. Pertanyaan itu terlontar dari seorang teman jurusan lain dengan angkatan yang sama. Sebut saja namanya Mawar (kali ini beneran nama samaran).
Dengan cengir-cengir bajing,saya menjawab "aaah,masuk UI susah...keluarnya buru-buru amat". Seriously,itu jawaban standar saya ketika ditodong pertanyaan yang rada-rada menohok itu..hehe. Sebenernya itu cuma alibi,karena emang ga mau buru-buru nyelesaiin skripsi saya yang nasibnya masih terkatung-katung itu. Lagipula bukan cuma saya yang bakal lulus 4 setengah tahun,masih banyak rekan-rekan seperjuangan yang berkutat dengan skripsinya. Yang bikin heran, Mawar ini adalah orang kesekian di hari ini yang nanyain tentang itu. Mau bete,tapi inget puasa. Mau mukulin mawar,tapi inget puasa....hehe.

Anyway,saya berlanjut menuju kantin kampus yang terkenal dengan nama Taman Korea (apa yang lebih baik selain ngabuburit sambil ngeliatin temen yang ga puasa,menyedot es teh manis dengan nikmat?). Saya menunggu datangnya teman-teman yang lain,dan ngobrol-ngobrol tentang kerjaan baru mereka,dll. Ya,teman-teman saya yang hari ini menjadi wisudawan dan wisudawati. Ada Andi yang berewokan, Rangga yang putih dan ganteng (cieeeeeh), Dayen yang omonganya ngawur banget, Sonny yang makin lama makin gaul, dan yang lainnya. Emang rada iri ngoborl sama mereka, pingin cepet sidang dan kelar semuanya. Masalah wisuda dan toga,itu urusan nanti. Yang penting bisa mulus melewati pembantaian berdarah dalam sidang,itu udah cukup.

Ga lama,seorang teman kambali menjawil...kali ini namanya Melati (ya ya ya,nama samaran). "Lo kapan Dan? Ikutan yang sekarang?".
Kali ini dengan cengir-cengir bajing yang lebih lebar,saya menjawab "InsyaAllah desember besok".

*semoga para pembaca nan budiman (kalo ada yang baca), juga turut mengamini...hehe

Sunday, June 27, 2010

Kembali jadi Kalong Pagi

Belakangan ini, rutinitas kembali seperti setahun yang lalu.
Lebih tenang, tidak dalam tekanan batin dan mental untuk bertugas, belajar, de-el-el
Liburan, tensi menurun, bisa ada waktu untuk main, online, main, dan tidur.

Ngomong soal tidur, rutinitas juga kambali kaya taun lalu. Tidisr sih emang lama, masalahnya adalah di pola yang nggak seperti orang lain pada umumnya. Artinya, gw tetep tidur sekitar 8 jam sehari, cuma aja dimulai dari jam 7 pagi sampe jam 3 sore. Nah, kacau kan?

"Insomnia" ? Mungkin itu yang kebanyakan ornag mencap dirinya atau orang lain yang kerap tidur malem, ato jadi kalong. Dan apakah gw sepakat untuk mendefiniskan kata itu kepada diri gw sendiri ? Atau kepada teman-teman facebook yang suka lalu-lalang di News feed dengan status "Aduuuuuh, insomnia kumat...facebook-an aja aaaah" ?

Gw kurang sepakat dengan itu. Well, mungkin emang ada bakat susah tidur yang menurun di keluarga gw. Mengingat bokap-nyokap gw biasanya baru masuk kamar untuk tidur itu jam 1 pagi. Begitupun kakak gw yang dahulu masih kuliah sering tidur jam 5 pagi. Dan gw juga sekarang mewarisi tradisi itu. Tapi gw cenderung tidak mendifinisikan diri gw sendiri dan banyak orang lain yang gentayangan di facebook sebagai seorang yang insomnia. Gw lebih percaya bahwa "gw dan mereka emang suka untuk begadang". Katakanlah memang belum ngantuk hingga jam 2 atau 3 pagi. Masalahnya, insomnia beneran adalah orang yang tetep masih bangun hingga jam segitu, walaupun mereka udah di kamar tidur, lampu mati, selimut menutup, dan memejamkan mata selama berjam-jam untuk nyoba tidur. Lain halnya dengan gw dan banyak orang yang emang bangun karena ngelakuin aktivitas...misalnya online, nonton tv, main game, dll. Artinya kalo ada yang nulis di FB "haduh masih insominia nih"....silahkan log out dari FB dan cobalah untuk tidur, dan gw percaya itu akan ampuh

Thursday, June 10, 2010

Maaf, Saya tidak Berminat Menulis tentang Ariel

Indonesia, Juni 2010

Tengah-tengah bulan ini lagi heboh soal berita beredarnya video porno dengan pemeran 'mirip' Ariel peterpan, 'mirip' Luna Maya, dan 'mirip' Cut Tari. Konon akan menyusul 'mirip' - 'mirip' yang lainnya juga.

The fact is, gw ga mau sok peduli dengan ngebahas hal itu secara berbelit-belit di blog gw. Udah banyak infotainment yang ngebahas itu, dan gw mau ikut-ikutan terjun dalam carut marut masalah yang bikin Indonesia heboh di Twitter (dan itu semakin membuat gw bersyukur karena gw kekuh ga mau punya akun twitter pribadi).
Well, yang terbaik yang bisa gw lakukan dalam menyambut isu adalah dengan menunggu...menunggu...dan menunggu. Menunggu apa? Yang pertama, tentu update-an 'mirip' yang lainnya itu, hehehehehe :P
Yang kedua, gw menunggu masalah ini adem lagi, sehingga status orang-orang di FB ga akan penuh sama berita tentang Ariel-Luna-Tari (hmmmm.pengecualian mungkin untuk update-an rilis video terbaru! hehe)

Yang ketiga, gw menunggu Piala Dunia aja...karena ini lebih asyik untuk ditunggu daripada njelimet ngebahas masalah di atas sampe ke ranah hukum dsb.

Jadi saya sekarang mengajak sodara-sodara, lebih baik kita menunggu Piala Dunia 2010 digelar aja yuk! :)

Wednesday, April 21, 2010

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu...Silahkan Marahi Saya jika Saya Tidak Sopan

Stasiun Tebet
x April 2010
7.30

Gw lagi antri beli tiket kereta buat ke depok. Kebetulan di tebet ada 2 (atau 3 ya?) loket buat beli tiket, dan disana disediakan besi pembatas sebagai line antrian. Persis di depan gw ada mas-mas jangkung yang sedang berbincang dengan penjaga loket, sembari mengeluarkan selembar uang dua ribuan untuk ditukar dengan kertas kecil bertuliskan "Tebet - Bogor". Gw pun siap sedia mengeluarkan dompet setengah usang gw, dan mulai memilah uang di dalamnya. Tepat saat si Mas-Mas jangkung hendak meninggalkan loket, di serong kanan depan gw ada seorang nenek kecil berjilbab pink. Alih-alih giliran gw untuk beli tiket, si nenek dengan entengnya nyempil lewat celah antara line besi antrian dengan loket. Ajaib, tiba-tiba si nenek udah berdiri di depan gw, dan melakukan transaksi dengan penjaga loket. Sedikit nyengir, gw mengelus dada..
Persis setelah si nenek jilbab pink selesai, gw sempatkan diri buat senyum sembari menegur kecil. "Nek, lain kali antri ya. Kasian ini dibelakang saya kayanya banyak yang udah telat kuliah dan udah antri daritadi buat beli tiket" (Silahkan cap gw sok soci, sok baik, atau apalah itu.. Gw cuma ga suka aja hak gw untuk beli tiket setelah ngantri tiba-tiba di rampas...hehe).

Dan si nenekpun tersipu..

-------------------------------------------------


Stasiun Tebet
Beberapa hari kemudian, xx April 2010
11.07

Kembali gw mengantri di depan loket demi memperoleh transportasi yang murah meriah ke depok. Murah meriah tentu diselipi resiko terlambat, panas, copet, orang bawa karung dagangan, dll. Tapi tak apalah...namanya juga Jakarta-Depok untuk Rp 1.500,hehe. Kali ini di depan gw ada mbak-mbak, yang sepertinya anak kuliahan juga. Saat si mbak udah nyaris meninggalkan loket karena sudah mendapatkan tiket yang diinginkan, gw kembali sibuk berkutat dengan dompet gw. Sembari memegang dompet, gw melangkah ke depan buat bertatap muka dengan sang penjaga loket...tiba-tiba ada orang lari dengan sigap dari sebelah kanan gw (well, dari luar antrian). Buru-buru tangannya diulurkan ke loket, mendahului tangan gw. Kaget karena diserobot dengan begitu sigap dan bernafsu, gw pun jadi agak ketus. Kali ini seorang ibu-ibu, agak tua (kendati bukan nenek), berkerudung merah. Gw langsung tanggap menukas "Bu, antri dong". Dalam sekejap, sepasang bola mata yang melotot langsung menatap gw. Bola mata si ibu kerudung merah itu.Muka si Ibu terlihat ketus dan angkuh, sembari tetap menatap tajam gw. Merasa dipelototi, si Ibu gw pelototi balik. Senyap sebentar, sebelum si Ibu menunduk dan jalan dengan gontai ke belakang baris antrian yang cukup panjang.
Saat gw udah selesai beli tiket, gw balik badan melewati antrian itu dan berpapasan dengan si Ibu. Tiba-tiba si Ibu mengeluarkan celetuk dengan nada agak tinggi :"Huh, gitu aja marah! Saya kira itu loket sebelah sini kosong!" sambil telunjuknya mengacung ke loket sebelah loket yang antri panjang itu (nah lho, bingung ga sama bahasa gw? hehe).
Jengkel banget gw dengan ucapan defensif si Ibu. Yang pertama, jelas-jelas loket sebelah ada tulisan tutup, dan di dalamnya ga ada penjaga loket. Yang kedua, emang kalo udah gitu bisa seenaknya pindah ke loket sebelah tanpa antri dulu??
Pingin rasanya gw damprat dengan argumen itu. Tapi ya sudahlah..gw memutuskan untuk jalan terus tanpa menghiraukan si Ibu yang nyerocos di belakang gw. Males ngebahas urusan ga penting sama orang ga ngerti aturan.

Biarlah si Ibu berkicau di belakang sana..


-------------------------------------------------------

Manggarai
(masih) April 2010
20.30

Gw menyeret tubuh lemas gw dengan malasnya. Berusaha untuk menyeberangi jalan satu arah persis di depan stasiun Manggarai. Dari arah stasiun, jalan satu arah itu arusnya dari kanan ke kiri. Maka gw menyeberang cukup dengan hanya menengok ke kanan...mengasumsikan bahwa itu jalan satu arah, dan hanya orang gila atau brengsek yang ngelawan arah di situ. Kalaupun memang benar ada orang gila dan brengsek yang melawan arah, sudah seharusnya dia yang mengalah di kala gw nyeberang jalan tapi ga memerhatikan dia, karena perhatian gw tentu ke arah yang sebenarnya. Dan tebak apa? Ternyata orang gila atau brengsek itu memang ada. Yang lebih ga enak lagi, ternyata dia super gila dan super brengsek, karena ga mau mengerem saat gw menyeberang tanpa ngeliat dia yang melawan arah. Nyaris saja pemuda ramah dan simpatik ini digilas oleh sebuah motor bebek. Rupanya si super gila dan super brengsek ini sempat membejek remnya sesaat sebelum menghantam badan gw. jadinya hanya kaki gw yang sempat kena cium oleh roda motornya.
Kaget, gw langsung menengok ke oknum itu. Bapak-bapak umur 40-an, yang membonceng Ibu-ibu umur 30-an. Gw ga inget apa-apa, yang jelas motor sialan itu langsung tancap gas lagi sembari ngedumel. Gw ga mikir apa-apa, cuma ngeliat ke bawah, ngecek kaki gw masih utuh apa nggak. Saat lega karena kaki gw masih berada dalam bentuk yang semestinya, gw berusaha melongok motor yang mulai menjauh itu dari belakang. Tebak apa? Gw memergoki si Ibu-ibu memelototi gw!! Gw ga tau lagi, yang pasti ini udah melebih super gila dan super brengsek. Ga pake basa-basi, gw langsung melotot balik ke si Ibu, dengan tangan dilebarkan dan bertumpu di pinggul (posisi ngajak ribut). Bahkan sampe si Ibu itu nunduk, dan kembali melihat gw, gw masih tetap dalam posisi melotot tajam ke Ibu itu, dengan pose yang sama. Tampak si Ibu itu ngedumel ke bapak-bapak. Dan motor itu sempet berhenti sejenak. Gw menangkap bahwa si Ibu itu menenangkan si bapak, dan kemudian motor keparat itu jalan lagi. Dugaan gw, si Ibu ngadu ke si bapak kalo : "bocah itu ngeliatin kita dengan nyolot".
Yaiyalah, gimana gw ga mau nyolot?? Gw yang nyaris ketabrak gara-gara dia yang blo'on..udah gitu malah dia yang ngedumel dan melotot duluan. Gw udah ga pingin melotot doang, tapi pinginnya langsung mukulin dua begundal uzur itu..

Sayang harapan gw sirna. Si motor buru-buru cabut dan lenyap di tikungan terdekat...

-----------------------------------------------

Tiga cerita dalam satu bulan. Ketiganya melibatkan manusia-manusia yang secara umur di atas gw...tapi tidak dengan kedewasaan dan keberadaban. Okelah, untuk kasus pertama, gw masih bisa toleran. Tapi tidak dengan dua kasus berikutnya...
Muncul pertanyaan di pikiran gw : Apa umur seseorang itu bisa jadi justifikasi atas tindakan yang mereka lakukan? Apakah dengan demikian, kami yang lebih muda ini selalu dalam posisi yang Sok tahu, Sok suci, Sok bijak, dll? Apakah tindakan gw bisa dikatakan tidak sopan? Apa memang gw yang salah?

Nyatanya, kelakuan bocah dari para Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu "terhormat" itu bukan hanya memunculkan gw sebagai korban. Ada seorang teman gw yang nyaris pukul-pukulan sama bapak-bapak di lampu merah. Gara-garanya teman gw ini dimaki-maki oleh si bapak, kala lampu masih merah...dan teman gw menolak maju, di saat bapak ini menuntut teman gw untuk mengabaikan lampu lalu lintas itu.

Sebegitu hebatnyakah pengaruh mereka? Damn!! Mereka cuma unggul karena lahir lebih dulu daripada gw dan temen gw. Mereka belum tentu lebih pintar, mereka belum tentu lebih kuat, mereka belum tentu lebih dewasa, mereka belum tentu lebih suci, dan mereka jelas tidak lebih beradab daripada kami.. Sebegitunyakah para "elder" ini??

Dan gw juga melihat bahwa gejala ini ga jarang muncul. Saat seseorang dengan identitas yang mereka rasa lebih tinggi daripada orang lain, dengan entengnya mereka ngerasa paling bener dan bisa ngapain aja. Identitas yang gw maksud ini ga cuma umur, tapi juga identitas lainnya. Misalnya, gw pernah mengalami macet pagi yang tidak biasa. Sekitar 4 kilometer non stop. macet itu ternyata disebabkan karena ada acara keagamaan yang mengambil tempat di jalan raya. Bukan pawai, tapi semacem khotbah besar, dengan tenda yang menyeruak hingga ke tangah jalan raya yang biasanya memang rute padat pagi hari. Dan hal ini ga cuma sekali gw rasain, tapi dua kali. Emangnya ini jalanan nenek moyangnya apa?? Emangnya mereka yang ngerasa lebih suci bisa seenaknya make tempat dan fasum kaya gitu??

Udah lama gw ngerasa priharin sama kelakuan-kelakuan semi-biadab kaya gitu. Dan ini mental kebanyak orang-orang kita. Mereka ngaco, ditegur, malah nyolot. Terus aja kaya gitu. Ga tua ga muda. Apalagi kalo ada yang tua dan berlagak bahwa mereka lebih hebat, dan ngerasa bukan hal yang santun apabila yang muda menegur kesalahan mereka. Iya pak, bu...lain kali ga gw tegur, langsung gw gaplok aja gimana?

-catatan di kala bete dan dongkol memuncak- (bisa jadi tidak objektif)

Assalammualaikum!! Selamat pagi sodare-sodare, saya kembali menulis!!

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan ini saya bertekad untuk menyempatkan waktu menulis kembali.

Hehe, gw sempet tidak ngeblog selama hampir 4 bulan. Alasannya macem-macem : dari sibuk banget, beneran sibuk, sedang sibuk, agak sibuk, sok sibuk, dan yang lainnya..
Gw juga belum menemukan mood yang pas untuk kembali bercengkarama dengan dunia "Tulis Menulis Iseng-Iseng".

Tapi kebetulan, hasrat itu kembali muncul. Menggebu untuk melampiaskan apa yang pingin gw tulis. Ke sok tahuan gw yang pingin gw bagi ke orang-orang, keanehan hidup gw yang mungkin ga penting bagi kalian, kenarsisan gw yang seakan tidak luluh dimakan usia, ke-sok romantisan gw yang seringkali menghasilkan karya murahan.

Apapun itu, gw kembali menulis!! Bagus-ga bagus, Norak-ga norak...tinggal pilih, mau dibaca apa di skip!! hehe.

Salam jumpa!!