Sunday, February 8, 2009

Mengenang Masa SMA nan Jaya : Futsal dan Ribut antar Angkatan

Desember 2005
Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu itu datang juga. Ya Class Meeting (CL) dihelat pada akhir Desember, selesai UAS. Ya, CL terakhir buat gw dan teman-teman dari kelas XII IPS 2. Gw sendiri iseng, turun pada dua cabang yang diolombain. Tenis Meja dan Futsal.
Untuk tenis meja gw langsung kandas di babak pertama, setelah kalah melalui game ketat dan rubber set oleh lawan yang akhirnya jadi juara turnamen.
Sementara itu, futsal menjadi cabang yang akhirnya paling niat gw bela. Apalagi, kelas gw termasuk dalam unggulan turnamen. Bersama dengan Ica, Alky, Anjas, Adit, Sanson, Ony, kelas gw diprediksi untuk minimal maju ke semifinal. Dan benar saja, kelas gw tanpa susah payah berhasil ngebantai kelas X waktu itu ( haha, bangga dikitlah)
Perjuangan terberat dimulai di semifinal. Lawan kami di babak itu adalah kelas XII IPS 3, yang ditasbihkan sebagai unggulan utama. Tanpa dinyana, di hari semifinal yang kiranya penting buat salah satu kenangan SMA itu, gw bangun kesiangan!! Buru-buru gw berangkat, dan akhirnya sampe dengan terengah-engah di depan lapangan. Saat gw nyampe, scorline memperlihatkan hasil 6-2 (ato 5-1 ya? gw lupa...yang jelas selisih 4 gol) untuk keunggulan XII IPS 3. Belum sempat masuk ke lapangan, hujan turun dan pertandingan ditunda sebentar. Masa break diisi dengan keluhan dari seluruh anggota tim. Semua kecewa, semua diam. Terutama si Ica yang keliatan paling down.
Babak lanjutan dimulai, dan gw baru masuk di saat itu. Baru berjalan semenit, muka gw udah kena gebok tendangan kuli-nya si Ridho, pas nahan bola biar ga masuk ke gawang (pokoknya, lebih kuli daripada kuli manapun deh). Gawang selamat, tapi tidak dengan muka gw....hehe. Pala gw pusing banget, dan bibir berdarah...untungnya ga sampe mimisan. Merasa kuat untuk terus, gwpun menyanggupi pertanyaan wasit untuk lanjut.
Pertandingan baru berjalan panas saat itu. Ga disangka-sangka, semangat tim yang udah ilang, kembali membara. Hingga beberapa detik sebelum bubar, kelas gw tinggal ketinggalan satu angka (7-8). Lima detik jelang peluit terakhir, si Ridho yang kiranya udah nge-gebok muka gw, bikin kesalahan dengan ngoper bola ke temen gw (namanya Alky) tepat di depan gawangnya sendiri. Tanpa ampun, Alky tidak menyia-nyiakan 'salah oper' itu, dan menghujamkan bola sekeras-kerasnya ke gawang lawan. Peluit akhir berbunyi tepat di saat kami menyamakan kedudukan!!! Teriakan dukungan membanjiri kami dari para suporter setia (dewe, naufal, dan cewe-cewe IPS 2). Pertandingan dilanjutkan dengan adu penalti. Dan....kami memenangkan adu penalti itu. Luapan kegembiraan berlanjut. Saling teriak dan peluk antara pemain (hemmmm....sounds gay), dan ucapan selamat dari teman-teman sekelas datang silih berganti. Kami telah mengalahkan sang unggulan utama!! Kebahagiaan makin bertambah setelah mengetahui bahwa lawan kami di final adalah kelas XI. Gelar juara tampak terbayang di mata kami.
Selesai pertandingan, kami semua menuju kantin. Minum sampe puas..dan gratis!! haha...semua tagihan kami ditanggung oleh salah seorang sponsor kelas.
Akhirnya, hari final tiba juga. Game terakhir kami semasa masih bersekolah menggunakan seragam SMU. Pastinya semua pemain di tim gw pingin bikin game terakhir itu sebagai game yang berkesan. Namun, keheranan mulai merayapi kami. Wasit yang memimpin ternyata sama-sama anak kelas XI. Padahal kalo menurut tradisi, wasit ga pernah berasal dari angkatan yang sama dari antara tim yang bertanding. Dan benar saja, keganjilan wasit mulai terjadi di dalam game. Di saat gw nahan pemain lawan untuk nendang, kakinya mengarah ke muka gw, walaupun gw bisa menghindar. Peluit bunyi, dan gw kira itu pelanggaran musuh ke gw. Ternyata justru gw yang dibilang melakukan kesalahan, gw dianggap udah ngedorong. DAMN!! Padahal justru muka gw yang hampir kesepak kakinya dia!!
Merasa kesel, gw protes sama wasit. Eh, di saat semua pemain tim gw protes dan belum siap...tendangan bebas udah diambil lawan, dan gol. Tantu, semua pemain tim gw kecewa dengan gol itu. Akibatnya fatal, semua bermain dengan cenderung kasar. Kesal karena permainan menunjukkan kecenderungan nggak adil. Suporter anak kelas XI juga rese'. Bawel dan provokatif, sementara suporter kelas XII ga banyak aksi (karena kebanyakan cewe, dan cowo-cowonya pada diem. Kalah suara sama suporter kelas XI). Gwpun sempat panas. Beberapa kali gw nebas bola, sekaligus sama kaki pemain lawan juga. Kejadiannya emang gitu, satu kekasaran pasti dibalas dengan kekasaran lainnya. Saling sikut, saling tebas, saling dorong, saling tendang. Ditambah dengan suporter lawan yang provokatif, gw teriak sama suporter gw sendiri "WOY, MANA SUPORTER KELAS XII NYA????? BRENGSEK, JANGAN SAMPE KALAH SUARA DONG!!!!!". Percuma, mereka berusaha untuk ngedukung lagi tapi pada akhirnya diem karena kalah jumlah. Lagi-lagi, satu gol kontroversial terjadi ke gawang kami. Kami mikir, percuma untuk protes, akibatnya bisa kartu kuning dan mungkin merah buat kami. game makin panas, makin kasar. Kontak fisik ampir selalu terjadi dengan diiringi umpatan kasar. Bahkan pemain tim kami Adit, yang biasanya dikenal sebagai anak rohis yang kalem dan sabar, ribut sama kiper lawan. Aksi saling dorong yang hampir menuju baku hantam. Untung sempat dilerai. Sayang, hingga peluit terakhir bunyi, kami kalah 3-5.....
Semua terduduk, semua lesu. Bahkan, gw ga memungkiri ada beberapa kawan tim gw yang nangis (hayo...yang nangis ngakuuuuuu,hehe. Bukan gw lho). Tent kecewalah, kalah dengan ga adil..terutama dengan permainan kasar semacem itu. Di saat satu tim gw duduk mojok di satu spot dengan tematik 'durjana', tiba-tiba ada ribut-ribut di lapangan. Para teman kami di kelas XII yang ga suka dengan game itu ternyata ngajak ribut para pentolan kelas XI yang daritadi provokatif. Bantrokan massal ga terhindarkan. Perhatian utama tertuju pada duel antar pentolan yang terjadi di lapangan Pandawa di dekat sekolah (sekarang lapangannya udah ga ada, digusur jadi pabrik....). Gw sendiri yang masih kesal, larut dalam rusuh-rusuh itu. Ga banyak omong, gw ribut sama anak kelas XI yang tadi jadi lawan gw di lapangan, yang berkali-kali saling dorong sama gw. Pokoknya, kalo saat itu para guru ga turun tangan, tawuran antar angkatan sangat mungkin terjadi.
Untung akhirnya masalah ini ga menjalar. Biang-biang ribut diamanin sama guru, Walaupun gitu, kabarnya ada beberapa yang masih punya masalah antar pribadi nyelesaiin ribut-ribut mereka di cipinang indah.
Entahlah..apapun yang terjadi. Gw ga bisa mengklasifikasikan apa kenangan terakhir yang terbaik selama gw sekolah di sman 61. Apa peristiwa ini condong ke arah sedih, atau justru seru karena di CL terakhir kami, ada peristiwa yang bahkan belom pernah kejadian selama gw sekolah di sana. Well, gimanapun...kami (kelas XII IPS 2) masih menganggap diri sebagai juara tanpa mahkota...hehe, tetep ga mau kalah..
Sampe sekarangpun, gw masih suka main futsal bareng anak-anak itu. Sayang, karena jadwal kuliah yang beda-beda dan domisili kuliah yang beda-beda, kami ga sempet untuk turut serta dalam berbagai turnamen umum..

No comments:

Post a Comment