Thursday, February 12, 2009

Dunia Berperang ( Part I : Currahee )

Bagi Anda penggemar cerita dan film dengan tema perang dunia kedua, pasti familar dengan kata itu. Ya, itu adalah semboyan Easy Company, sebuah kompi dari Infantri Tempur Penerjun Payung Divisi 502 Amerika Serikat, pada perang dunia II. Gw pun sebagai salah satu penggemar fanatik jalannya perang dunia II, ga pernah lepas dari cerita heroik seputar para pahlawan perang.
Semboyan Currahee sendiri merupakan semboyan yang lahir ketika kompi ini berlatih pada sekitar tahun 1942. Sebuah semboyan perjuangan, yang mewakili sifat 'bertempur tanpa menyerah'. Dalam konteks yang berbeda, mungkin semboyan ini dapat dianalogikan sebagai teriakan ''AllahuAkbar" para laskar Jihad, maupun pekik "Merdeka atau Mati!" pejuang bambu runcing Indonesia.
Currahee dan cerita seputar Easy Company itu dapat diikuti dalam bentuk novel dan mini seri sejumlah 9 keping vcd (dan harus diakui, lagi-lagi sebagai penggemar dan pengikut cerita seputar perang dunia ke II, gw juga punya koleksi novel dan vcd itu..hehe, pamer dikit aaah). Namun, di sini gw ga mau ngebahas perihal film maupun novel itu. Anggaplah sedikit kisah mengenai Richard Dick Winters dan anak buahnya tersebut sebagai pengantar dari tulisan yang mau gw sampaikan...
Kompi yang dipimpin Letnan Winters (selanjutnya menjadi Mayor Winters) ini berada di medan perang Eropa selama kurang dari satu tahun. Mereka diterjunkan sebagai pasukan penerjun payung (paratroops) pada D-Day 6 Juni 1944, saat dimana semua kekuatan sekutu disiapkan untuk menggempur Eropa yang sudah hampir dikuasai Hitler (satu-satunya perjuangan paling kuat dan gagal dicapai Hitler hanyalah Rusia dan peristiwa Red Square-nya). Sekutu menggempur Eropa melali serangan darat, laut, dan udara secara serempak pada satu lokasi yang terpusat, yaitu pantai selatan Prancis. Sebuah peristiwa bersejarah yang sanagt menentukan hasil dari perang dunia II dan juga....nasib dunia setelahnya.
Dari kurang lebih 120-an orang yang diterjunkan pada saat D-Day, kompi ini hanya menyisakan sekitar 60-50 an orang lamanya (orang-orang yang telah dilatih sejak 1942), pada saat V.E Day (Victory over Europe) sekitar Mei 1945. Ada yang meninggal setelah terhunus bayonet, terkena ledakan mortar, tembakan sniper, terkena granat, dan bahkan meninggal sebelum mereka sempat untuk terjun keluar dari pesawat saat D-Day (Pesawat mereka meledak terkena tembakan, bahkan sebelum seorangpun berhasil keluar pesawat. Diantara mereka yang meninggal dalam keadaan ini, terdapat Letnan Thomas Meehan selaku pemimpin utama Easy Company. Winters adalah pengganti Meehan yang terbunuh di dalam pesawat ini).



Keterangan Gambar : Pasukan Paratroops yang terjun pada saat Operasi Market Garden. Titik - titik kecil dibelakang juga memperlihatkan semua Paratroop yang turut terjun dalam Operasi ini. Penerjunan pasukan pada D-Day ratusan kali jauh lebih banyak dibandingkan yang terfoto dalam Operasi Market Garden ini


Mungkin bagi Anda yang sudah melihat filmnya, akan ngeri sekaligus terkesan melihat visual effect yang ditampilkan film ini saat menggambarkan kompi ini sedang digempur mortar di Bastogne. Ya, adegan kaki putus dan menggantung, dengan darah menyebar di tengah tumpukan salju..mungkin masih segar di tengah ingatan Anda.
Pun begitu, kompi ini tetap bertahan sampai akhir, dan tercatat sebagai salah satu kompi terbaik (secara statistik) yang berjuang mati-matian di dalam perang itu. Ya, mengandalkan semboyan Currahee dan semangat saling melindungi, mereka bertahan menghadapi tembakan mortar, serangan tank, berondongan machine gun (beken dengan tipe MG-42 pada zaman ini), hunusan bayonet, serta incaran penembak jitu.
Masalahnya....apa harga yang harus mereka bayar untuk mendapatkan kemenangan gemilang itu? Cukupkah semboyan Currahee sebagai penukar nyawa puluhan anggota kompi tersebut yang rata-rata baru berusia 20 tahun itu?
Tentu sebagai orang yang tidak terlibat langsung dalam perang itu, gw bisa berkata bahwa "nyawa mereka tidak sia-sia, karena mereka telah mengubah nasib dunia secara keseluruhan", atau kalimat lainnya yang berintikan simpati dan duka, namun tetap memberikan persetujuan atas apa yang sudah terjadi.
Ya, mungkin itu memang benar adanya. Perang Dunia II telah berakhir dengan andil Easy Company dan juga jutaan prajurit lainnya, baik dari satuan infanteri, artileri, dan sebagainya. Di satu sisi, Perang Dunia II juga berakhir juga setelah merenggut jutaan nyawa lainnya, baik tentara maupun penduduk sipil.

Well, kira-kira seperti itulah pengantar gw menuju tulisan berikutnya (hehe, mungkin kepanjangan juga sih. Tapi entah kenapa, gw selalu bersemangat kalau membicarakan obrolan seputar sejarah dan peristiwa Perang Dunia II). Selanjutnya, silakan baca terusannya pada part berikutnya...

No comments:

Post a Comment