Tuesday, July 21, 2009

Bicara Tentang Kematian

"Apakah Anda takut mati?"

Itu mungkin jadi pertanyaan pertama yang terlintas di pikiran gw, saat gw mikirin tentang topik 'mati'.
Ga bisa dipungkiri bahwa memang sebagian orang takut untuk merasa mati. Ga peduli mereka dari kelangan mana, pasti ada kecenderungan untuk merasa takut. Mungkinpun kalo kalo gw bilang, bahkan para pelaku bom bunuh diri juga merasa keraguan yang sama pada detik-detik akhir sebelum mereka memantik detonator. Takut untuk mati bukan merupakan hal yang ga wajar bagi manusia.

Gimana dengan gw sendiri? Akan sangat naif kalo gw bilang "Gw ga takut mati". Faktanya, memang ada sedikit keresahan dalam pikiran gw tentang hidup sesudah kematian. Tapi gw sendiripun belakangan sadar bahwa gw tidak setakut itu untuk mati. (yah, walaupun tetap ada sedikit keresahan, seperti gw bilang tadi).

Berhubungan dengan "Gw akan mati suatu saat nanti", masih ada dua hal di atas itu yang justru bikin gw lebih takut.
Yang pertama, gw akan lebih takut ngebayangin BAGAIMANA gw akan mati. Kalau Tuhan mau, gw bisa mati sekarang juga pas lagi ngetik tulisan ini. Hanya saja, bagaimana gw akan menempuh kematian gw?? Bisa jadi (dan alhamdulillah) kalau gw mati di tengah tidur gw. Tapi akan sangat menyeramkan kalau gw mati gara-gara misalnya, ketabrak mobil, kebakar, kena ledakan bom bunuh diri, kena penyakit ganas, jatuh dari gedung lantai 20, tenggelam dll.
Faktanya, gw sangat menerima bahwa kematian itu pasti menjemput gw dan orang lain, dan itu sedikit membuat gw lega...tapi bagaimana gw akan menempuh kematian itu, pasti jauh lebih menyeramkan dan mendebarkan daripada kesiapan gw untuk mati suatu hari nanti.

Kapten Ronald C Speirs (seorang perwira Amerika dari perang dunia II) pernah berkata : "Semakin cepat seorang prajurit menerima kepasrahan bahwa ia pasti akan mati pada saat dikirim di tengah medan peperangan, maka semakin baik ia akan menjalankan fungsi sebagai prajurit"

Yah, mungkin kata-kata itu benar. Bahwa setiap orang yang sudah menerima dengan sadar kematian pasti akan menjemput, terlepas dari jangka waktu dan bagaimana caranya, maka ia tidak akan mempunyai kekhawatiran lain lagi di dalam hidupnya.
Hanya saja, mungkin bagi prajurit yang sudah menerima bahwa dirinya tidak akan selamat dari medan peperangan, mereka masih takut kepada bagaimana cara ajal menjemput mereka. Lagipula, kematian di dalam peperangan selalu menyeramkan dan tidak wajar.

Hal kedua yang lebih gw takutkan adalah, bagaimana gw menghadapi kematian orang-orang di sekitar gw. Jujur saja, gw masih memiliki keluarga yang lengkap. Yang kebayang di pikiran gw, pasti akan sangat amat tidak enak kalau gw harus menerima kenyataan bahwa suatu hari nanti gw harus memanggul peti mati orang tua gw, dan mungkin kakak-kakak gw. Menerima kematian terhadap diri sendiri, itu sudah pasti dan gw sendiri benar-benar ga punya bayangan gimana afterlife gw setelah gw mati. Tapi yang lebih ga kebayang adalah, gimana gw akan menjalani hidup duniawi selepas kematian orang-orang dekat gw.

Gw menulis kaya gini bukannya gw terlalu pede bahwa "Gw ga takut mati. Mati sekarangpun gw siap!". Bukan itu. Gw hanya ingin menyadarkan bahwa tepat di sinilah keterbatasan seorang manusia. Ga bisa dengan naif bilang bahwa ia tidak takut kematian, sekaligus memiliki kecenderungan untuk menolak hal-hal yang pasti ia lewati. Penyangkalan atas jalan hidup yang pasti akan ada akhirnya. Ini juga mengindikasikan bahwa Tuhan yang maha besar benar-benar sesuatu yang superior dalam hubungannya dengan manusia. Ketakutan manusia atas sesuatu yang sudah direncanakan oleh Tuhan. Ini hanya masalah bagaimana Tuhan akan membuat seseorang menerima ajalnya, tapi di titik inilah ketakutan manusia bersumber. Dan di sinilah gw, menulis sambil berharap semoga Tuhan tidak iseng tiba-tiba mencabut nyawa gw saat ini juga.

3 comments:

  1. gw belum seberani elo untuk nulis tentang kematian...
    beberapa kali ngetik, selalu membuat gue memencet tombol backspace dan tulisan itu hilang...
    ahahaha, mungkin iya, tanpa gue sadari gue takut oleh bayang-bayang kematian itu... dengan alasan yang sampai sekarang belum jelas kenapa.

    ReplyDelete
  2. Haha, yang baru gw tulis ini juga cuma 'kulitnya' aja kok Tam. Sesuatu yang bener-bener general banget, dan semua orang pasti ngalamin (sadar maupun ga sadar).

    Gw juga belum kepikiran untuk nulis yang lebih jauh. Karena gw ga akan bisa segampang itu mengulas dari berbagai sudut pandang (baik dari agama, maupun sisi humanismenya itu sendiri..hehe).

    Kalo ada waktu, lain kesempatan mungkin akan gw pikirin...

    ReplyDelete
  3. In simple words this website is great, all information is very useful. The 120Hz specification guarantees that you can play console games that support 120fps game modes to properly keep up with the ultra-fast action and get the most out of your gaming experience, in addition to being intrinsically superior at handling fast-paced video games. To discover more about 60 Hz Vs 120 Hz, see this article.

    ReplyDelete