Monday, March 23, 2009

Indonesia, Hindia Belanda, dan Piala Dunia 2022

Akhirnya uts gw kelar juga, dan nih blog keurus lagi...
Udah cukup lama gw ga posting, dan amat lama ga posting yang bertema sepakbola.
Jadi khusus edisi ini, gw lagi pengen banget nulis-nulis tentang bola, terutama sepakbola Indonesia. Enjoy!

Desember 2008, Indonesia resmi mengajukan diri sebagai calon tuan rumah World Cup 2022. Jujur, pengajuan ini bikin gw kaget. Saingannya (sangat amat) ga enteng. Diantaranya ada Amerika Serikat, dan CIna (yang baru sukses ngadain Olimpiade 2008). Takjub, sekligua heran gw ngeliat fakta ini. "Kok berani-beraninya Indonesia maju? Atas dasar apa??"

"Atas dasar apa", pertanyaan ini yang mungkin perlu gw bedah (dokter kali...).

Kalo ngeliat susunan kompetisi Indonesia Super League ( biasa disebut ISL ). Soal ini, orang awam juga tau kalo kompetisi kita masih carut marut banget! Sistem yang masih berubah-ubah antara klasemen Barat-Timur a la NBA dan full kompetisi, lapangan yang sebagian besar di bawah standar internasional, sampe unsur fairplay dan sportmanship yang bisa bikin geleng-geleng kepala....
Soal lapangan....sejauh ini kondisi Gelora Bung Karno aja dibilang masih belum memenuhi standar. Rumput yang kurang bagus, sampe ke ruangan penyokong macem ruang wartawan dan wc yang di bawah standar kenyamanan dan kebersihan. Stadion lain macem Mattoangin di Makassar ato Si Jalak Harupat emang punya rumput yang bagus, tapi infrastruktur masih jauh di bawah GBK. Lantas kalo emang pingin maju, gimana cara naikin tingkat standar semua stadion itu? Duit siapa? Kapan? Itu baru masalah stadion, belum masalah kecil-kecil lainnya.

Soal fairplay dan sportmanship , ada contoh gampang dan terbilang baru di sini. 2 Minggu lalu seorang pemain dari Pupuk Kaltim (PKT) bernama Jumadi Abdi harus tergeletak di tengah lapangan akibat tabrakan dengan pemain dari Persela Lamongan, Jumadi dilarikan ke rumah sakit, namun selang 8 hari kemudian ia meninggal gara-gara usus halusnya pecah dan kemasukkan bakteri. Lantas apa tindakan PSSI? Yah, gw mengira bakal ada hari berkabung atau minimal penggunaan pita hitam di setiap pemain untuk minggu itu. Nyatanya, cuek bebek. Sama sekali ga ada yang namanya tindakan simpati dari PSSI terhadap Jumadi. Ironis, kalo ngeliat gimana Antonia Puerta dari Sevilla meninggal di kompetisi Liga Spanyol 2 musim lalu. Liga Spanyol diliburkan satu minggu, dan semua pemain yang terdaftar menggunakan pita hitam di lengan mereka sebagai tanda duka. Selain itu, semua pertandingan yang akan dimulai, didahului dengan mengheningkan cipta selama 1 menit. Lihat kan? Gimana bisa ngebandingin profesionalitas liga kita hanya dari hal - hal kecil seperti itu?

Belum lagi permasalahan soal PSSI itu sendiri. Lha, ketua umumnya aja napi! Gimana mau maju?? Cinta sepakbola sh boleh-boleh aja, tapi gimana dia mau mimpin dari dalem bui? Belum lagi image PSSI di mata FIFA. Toh juga berarti dana yang dikeluarin dari kantong Nurdin Halid berarti duit hasil korup kan? Hemmmmm, ga malu apa? Bahkan Nurdin sendiri maksa buat tetep jadi Ketum PSSI, sementara FIFA sempat mengancam akan ngebekuin PSSI gara-gara secara teknis, ga punya ketua umum ( Nurdin ga diakui karena di dalem bui ). Nah! Kalo PSSI-nya aja ga beres, gimana kompetisi mau beres juga??

"Atas dasar apa" lagi-lagi beredar di pikiran gw...
Hemmmm,romantisme masa lalu? Ya, Indonesia pernah berlaga di ajang Piala Dunia. Tepatnya Piala Dunia 1938 di Prancis. Indonesia sendiri merupakan negara Asia pertama yang berlaga di ajang itu.
Kalo info ini baru buat lo, jangan merasa bangga dulu. Kepesertaan Piala Dunia pada waktu itu sudah menggunakan penyisihan, namun belum seketat sekarang ini, Lagipula, posisi Indonesia saat itu adalah pengganti Jepang yang tidak mau ikut serta. Dan, bukan nama Indonesia yang dibawa, melainkan Hindia Belanda. Ya, tim ini berisi campuran pemain lokal, bule, dan cina. Ikutpun, Indonesia langsung takluk dihajar Hungaria 6-0. Apa yang mau dibanggakan? Lolos otomatis di kompetisi baru yang minim peminat? Ditambah lagi fakta bahwa ini bukan tim Indonesia murni dan langsung dihajar 6-0?
Romantisme masa lalu yang bener-bener ga bisa dibanggain...

Terus atas dasar romantisme itu, PSSI berani untuk maju jadi tuan rumah?
Sejauh ini, baru ada 2 negara Asia yang pernah menjadi tuan rumah piala dunia. Itupun dibagi dua antara Jepang dan Korsel. Lain halnya dengan Indonesia, Jepang dan Korea sudah pernah mengicip pentas Piala Dunia sebelumnya. Jadi mereka bukan negara yang mengincar tuan rumah hanya karena ingin lolos otomatis saja.
Bagaimana dengan Indonesia? Frustasi karena belum pernah lolos ke Piala Dunia? Jawaban yang paling mungkin terjadi.

Miris ngeliat Indonesia yang pernah dijuluki Macan Asia, yang dahulu begitu perkasa di hadapan Jepang, dan yang dulu menahan imbang Rusia yang diperkuat Lev Yashin pada tahu 1958, harus terseok-seok berjuang menuju Piala Dunia. Yang lebih miris lagi, mengetahui bahwa untuk mencapai Piala Dunia itu, Indonesia harus nyoba lewat jalan belakang, yang itupun amat susah buat dicapai.

No comments:

Post a Comment