Monday, August 17, 2009

17 Yang Tidak Terasa 17





Gw memasuki 17 Agustus (tanggal sakral yang termaktubkan dalam sejarah sebuah negara bernama "Indonesia") dengan terus terjaga, dan baru terlelap pukul 05.00 dinihari.
Bangun di siang hari sekitar pukul 12.00 siang, gw melewatkan semua kesakralan tanggal tersebut.

Ya...gw tidak merasakan gemah ripahnya acara-acara perayaan ulang tahun negara ini, tidak juga memerhatikan ritual suci pengibaran Sang Saka Merah Putih di Istana Negara.
Apakah gw menyesal? Tidak sama sekali.

Jangan sebut gw anti-nasionalis, anti-patriotisme kek, atau anti lain apalah yang berasosiasi dengan penolakan cinta gw pada negara.
Gw cinta, tapi bukan kepada sesuatu yang simbolis tanpa realisasi.
Gw cinta, tapi bukan kepada intepretasi dangkal terhadap frase 'kebebasan bernegara'
Gw cinta, tapi bukan kepada bayang semu kemerdekaan
Demi Tuhan, gw cinta negara gw!

Hanya saja...gw terlalu prihatin untuk melihat ritual yang tampaknya dijalani dengan setengah hati, dan dilakukan di atas 'kemerdekaan' yang dilakukan dengan 'tidak merdeka' pula.
Mungkin 'prihatin' juga kata yang terlalu kasar untuk dipergunakan. Yah, sebut saja...gw malas untuk melihat sesuatu yang sangat mirip dan bisa ditayangkan berkali-kali lewat video usang yang mungkin dibuat sekitar 2 atau 3 tahun lalu.
Ritual yang dikonsep dan dibungkus dengan semangat patriotisme, namun dijalankan di tengah segala kebimbangan dan justru tidak mengejewantahkan nilai patriotisme itu sendiri. Buat apa ada upacara kenegaraan dengan simbolisasi kecintaan kepada negara, sementara 'kemerdekaan' kita sendiri dijual untuk perut orang asing?

Gw bukan pembenci 17 Agustus. Gw bukan pembenci Upacara Kenegaraan. Gw bukan pembenci Indonesia.
Seperti yang tadi udah gw bilang dengan membubuhkan penyumpahan : Demi Tuhan, gw cinta negara gw!

No comments:

Post a Comment