Thursday, May 21, 2009

Rabu Sore, Kisah Masa Lalu Mas Jemi dan Bang Biji

Rabu 20 Mei 2008, 14:20
Alkisah gw sedang mengalami mengalami penyakit yang dinamakan 'komplikasi pemikiran dan gejala kronis di memori otak akibat penumpukan tugas kuliah dan masalah pribadi'.

Siang-siang habis ujan rintik-rintik dan angin sayup-sayup, gw berada di kantin sendirian. Nungguin temen kelar ujian sambil mati gaya, ga ada kerjaan. Inilah yang namanya jadi orang kasian. Diawali dengan sedikit merenungi nasib dan berpikir untuk sms Mama Lauren (yang terkenal dengan kata-katanya : "saya bisa memberikan saran agar Anda bisa mengubah nasib Anda sendiri" ), gw mengurungkan niat itu karena Alhamdulillah pulsa gw sekarat dan otomatis mengeliminasi ide bodoh tersebut.
Daripada mati gaya dan merenungi yang 'macem-macem', mendingan gw bikin sesuatu yang lebih berguna dikit bagi kelangsungan hidup akademis gw. Berbekal ballpoint, stabilo, beberapa buku bacaan, catetan kuliah dan kertas file, gw mulai asyik mengkonsep outline buat makalah uas MPP gw. Mulai dari bikin kerangka teori sampai ke mandek dan buntu ide untuk analisa kasus. Tanpa dinyana, sedikit keberuntungan mulai menghinggapi gw. Nun jauh di meja kantin sebelah, gw melihat dua sosok yang cukup familiar.
Ya, dua sosok itu adalah Mas Jemi Irwansyah ( alumni Politik UI angkatan 1994 yang sekarang jadi dosen dan narasumber diskusi yang oke punya ), dan Bang Biji (nama panggilan yang unik bin menggelitik. Alumni Sosio UI angkatan 1992 yang juga kerapkali jadi teman diskusi yang menyenangkan dan berawawasan luas).
Dalam sekejap, gw udah berpindah meja ke sana dan sedikit berbincang tentang outline yang gw bikin. Seperti diskusi kami yang sudah-sudah, walaupun awalnya dimulai dengan topik yang akademis, lama-lama pembicaraan bergeser ke arah lain (mulai dari masalah sosial, dan terus menjadi makin jauh ke arah yang ga penting. Diantaranya : masalah gay dan kenangan masa lalu mereka berdua pas masih kuliah).
Kalau sebelumnya kita pernah ngomongin soal betapa 'homo'-nya becandaan mereka di masa lalu (yang menurut cerita legendaris bahwa mereka pernah diusir dari PIM yang baru jadi, gara-gara sibuk main colek-colekan pantat di WC!), di kesempatan ini mereka ngomongin soal gimana serunya sarasahan (baca:ospek) di fisip jaman dulu.

Menurut cerita dalam kenangan mereka, dunia sarasehan jaman dulu tuh bukan berarti cuma eksploitasi terhadap Mahasiswa baru aja. Dan kata mereka "Lo salah kalo berpikir bahwa banyak Maba (mahasiswa baru) yang jatuh sakit gara-gara Sar. Yang ada justru panitianya itu pada kena sakit kuning semua gara-gara stress ngurusin acara buat Maba sekaligus memenuhi kebutuhan alumni yang macem-macem!".
Dan kata mereka lagi, di acara Sar itulah pribadi dosen-dosen yang terlihat sangat killer dan jaim bisa terbuka seutuhnya. Mengutip kata Mas Jemi : "Di situ dosen-dosen macem Pak M****di bisa keluar 'kebinatangannya'!". Bahkan dosen macem Mas Eep Saefulloh pun bisa jadi sosok yang sangat usil kalo berurusan dengan yang namanya ngerjain Maba.

Sore itu akhirnya sukses dilewati dengan cerita-cerita masa lalu seputar Sar tersebut. Di akhir cerita, timbul pertanyaan yang retoris dari mereka berdua "Kapan nih mau ada Sarasehan lagi??".
Gw (dan kemudian temen gw yang datang menyusul -bima- ) juga ga tau harus jawab gimana yang bisa memuaskan mereka berdua. Dengan berdehem dan sedikit nada diplomatis, kita cuma bisa jawab "Kalo dari kita sih pingin-pingin aja Bang. Masalahnya kan ada di aturan Dekanat. Selama anak-anak pada mau 'breaking the rule' dikit sih ga masalah. Toh kaya yang Mas Jemi bilang, bahkan sosok kaya Pak M****di pun bisa antusias dan keluar 'kebinatangannya' dalam menyambut acara ini. Sekarang tinggal gimana cara kita ngelobi anak-anak HM dan calon panitianya aja. Soal cara pelaksanaan ya kita bisa studi banding dulu lah ke Sar anak krim ato anak D3..."

Entah jawaban gw kurang memuaskan atau justru terlalu memuaskan, yang jelas mereka berdua masih aja terus mendesak (bahasa halusnya : menyarankan) supaya acara ini dibikin lagi.
Ga lama kita ngobrol-ngobrol lain lagi yang makin ngalor ngidul. Dan seperti biasa, topik pembicaraan kami bisa bergeser sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan lebih dahulu. Karena faktanya, setelah ngomongin panjang lebar tentang Sar, ga lama kemudian kita ngomongin soal gaya menyetir seorang teman yang luar biasa rusuh dan chaos (kalo bahasanya Bakunin : ANARKIS! ).

Ga lama setelah itu, kita pulang....
(akhir penulisan yang ga enak banget. Gantung, gitu doang....)

No comments:

Post a Comment