Sunday, October 4, 2009

5 Tokoh Perang Dunia II yang Membuat Rambo jadi Terlihat Culun!!

Oke, ini sebenernya bukan ide yang orisinil. Ide untuk ngebikin ini timbul setelah gw baca di situs cracked.com yang beropini mengenai 5 jagoan yang bikin Rambo terlihat seperti banci.. 
Tapi ga apa-apa lah...sekali-sekali gw menebar unsur plagiarisme di blog gw. Lagian juga ini gw adopsi doang kok. Yang gw ambil itu 5 tokoh dari Perang Dunia II doang, yang merupakan event histori favorit gw. Datanya juga cuman dikit yang gw embat dari situs itu. Ga masalah kaan? (hehehehe, nyari pembelaan).

Ga pake banyak cingcong, mari lihat 5 tokoh pilihan gw (nomer ga urut, karena gw bingung untuk nentuin yang paling MACHO! haha)


1. John Basilone : Tiga Hari tanpa Makan dan Tidur Menghadapi 3.000 Orang


 

John Basilone mendaftarkan diri sebagai U.S Marine Corps pada tahun 1940. Segera setelah itu, ia diterjunkan ke medan perang pasifik, melawan Jepang. Salah satu medan perang yang paling mengerikan bagi sekutu di sana adalah di Guadalcanal, Kep.Salomon. Basilone turut berperang dan mendapatkan nama harum di sana, pada tahun 1942

Tersebutlah, bahwa ia bersama kompinya diharuskan untuk menahan serangan Jepang di satu pos di medan Guadalcanal. (Catetan gw : satu kompi dalam kondisi lengkap dan 'sehat' biasanya diisi sekitar 100-150 an orang, dan dipimpin oleh perwira yang paling tidak berpangkat Letnan sampai Kapten. Basilone sendiri berpangkat Sersan, sehingga dia merupakan orang di rantai komando selanjutnya apabila sang pemimpin kompi terbunuh. Itulah yang kemudian terjadi.)

Seiring dengan terbunuhnya si komandan kompi, Basilone bertanggung jawab atas pos yang dihuninya. Ganasnya serbuan Jepang dan tidak datangnya pasukan bantuan, mengakibatkan Basilone hanya tinggal memiliki 15 orang untuk bertempur melawan 3.000 pasukan Jepang di hari pertama. Hingga hari ketiga, ia kehilangan 12 orang lainnya, dan hanya bertahan dengan 2 orang bawahannya. Dalam sejarah disebutkan bahwa selama 3 hari ia berperang tanpa makan, minum, tidur, maupun istirahat. Ia menggunakan semua senjatanya untuk berjuang mempertahankan posnya dari serbuan Jepang. Mulai dari machine gun hingga pistolnya. Pada akhir hari ketiga, ia berhasil menahan serbuan 3.000 orang itu (ga ada sumber yang jelas, pasukan Jepang itu mati semua atau ditarik mundur. Yang jelas dia menang melawan ribuan orang itu!!).

Kebayang kan, kalo Rambo emang ga ada apa-apanya dibanding Sersan gendeng ini?
Pada akhirnya Basilone ditarik kembali ke Amerika untuk mendapatkan perawatan dan medali. Bukan main-main, yang ia dapat adalah medali tertinggi yang bisa didapat oleh semua prajurit perang, yaitu Medal of Honor.

Orang yang sudah mendapat medali ini biasanya tidak diperbolehkan untuk kembali ke medan perang. Alasannya sih ga dipublikasi, tapi dugaan gw...pada saat itu emang perlu banyak banget orang yang selamat dari medan perang untuk kembali ke tanah air dan menceritakan apa yang terjadi semuanya. Ia berperan baik sebagai pewarta berita, maupun tokoh yang bisa dijadiin panutan dan sumber inspirasi. Banyak banget kasus kaya gitu di medan Perang Dunia II.
Oke, singkat kata, Sersan Basilone ini juga pada awalnya tidak diperbolehkan untuk pergi berangkat lagi ke medan perang. Tapi Basilone memaksa, dan akhirnya ia dimasukkan ke pasukan yang akan bertempur merebut pulau Iwo Jima (ini pulau yang sangat mengerikan dalam sejarah militer Amerika. Alesannya mudah, pulau ini bener-bener makan banyak banget korban jiwa akibat kesadisan dan kegigihan tentara Jepang).

Mendarat di Pulau Iwo Jima, kompi Basilone dihancurkan oleh serangan dan tembakan pasukan Jepang dari garis pantai. Namun ia membalas dendam. Seorang diri berhasil menghancurkan satu rumah persembunyian Jepang yang memiliki tembakan otomatis MG-42 (tembakan yang menyapu kompinya di garis pantai itu). Sayangnya, beberapa menit kemudian ia tewas terkena serangan senjata artileri Jepang. Namanya kini digunakan untuk sebuah kapal induk Amerika, dan nama-nama di ruas jalan Amerika pula.



2. Vassili Zaitsev : Penembak Jitu Rusia yang Menghabisi Nyawa 500 Musuh

Bagi yang pernah nonton film berjudul Enemy at the Gates, tentu akrab dengan nama ini. Ya, film yang dibintangi Jude Law tersebut memang berkisah tentang dirinya, walaupun sebagian besar adalah fiksi. 
Zaitsev merupakan sniper atau penembak jitu Rusia yang lahir dan besar di pegunungan Ural. Sehari-harinya, Zaitsev kecil menghabiskan waktu dengan berburu Serigala menggunakan senapannya. Menjelang Perang Dunia II, ia mendaftarkan diri di angkatan laut Soviet, tapi kemudian dipindahkan ke resimen infanteri. 
Pada tahun 1942, ia ikut dalam peperangan membebaskan Stalingrad. Di sinilah jasa Zaitsev banyak dikenang. Pada medio November hingga Desember 1942, ia membunuh hingga 225 tentara musuh, semuanya hanya bersenjatakan senapan Mosin-Nagant!!

Sasaran utama dari tembakan jitunya adalah para perwira Jerman, sehingga diharapkan ia dapat menyebabakan kekacauan di dalam rantai komando dan struktur kemiliteran Jerman. Pada akhirnya, ia berhasil mencapai hal itu. Selepas perang di Stalingrad, ia masih meneruskan aksinya. Ditengarai ia mampu menghabisi nyawa 500 orang pasukan Jerman lainnya. Vassili sendiri bukan tidak pernah menjadi sasaran penembak jitu musuh yang geram terhadap aksinya. Pencarian besar-besaran pasukan Jerman terhadap dirinya mulai dilakukan.  Ia sendiri pernah nyaris terbunuh oleh penembak jitu Jerman.



Vassili Zaitsev dengan Senjata Andalannya

Di film Enemy at the Gates, difiksionalisasi bahwa ia berduel mati-matian dengan ahli penembak jitu Jerman yang bernama Mayor Erwin Konig. Mayor Konig ini digambarkan sebagai seorang penembak jitu tua yang berpengalaman, dan bahkan ditugasi untuk mengawasi sekolah sniper di Berlin. Mayor Konig sengaja dipanggil dari sekolah yang dikepalainya, untuk datang ke Rusia dan memburu Zaitsev. Cerita ini sempat simpang siur kebenarannya, kendati ada catatan yang menyebutkan bahwa Zaitsev pernah hampir ditembak juga oleh seseorang bernama Konig, kendati akhirnya ia bisa berbalik menang dengan bantuan temannya.

Tidak seperti Basilone, Zaitsev mengakhiri hidupnya dengan relatif tenang di Rusia, pada tahun 1991. Hingga kini senapannya masih tersimpan rapi di dalam museum militer di Moskow. Kemampuan Zaitsev dalam menembak jitu kerap dibandingkan dengan Simo Hayha, penembak jitu dari Finlandia. Kendati tidak pernah bertemu di medan perang yang sama, namun beberapa sejarawan mengklaim bahwa secara data statistik, Hayha masih lebih unggul daripada Zaitsev!! Kisah mengenai Simo Hayha juga ada di post ini..Jadi tenang aja, hehe.



3. Hans - Ulrich Rudel : Penghancur 2.000 Kendaraan Militer Sekutu

Bukan Jerman namanya kalau tidak punya pahlawan perang yang patut dibanggakan. Yang satu ini hadir dari Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe), bernama Hans-Ulrich Rudel. Ia adalah penerbang pesawat pembom Jerman yang legendaris, Stuka.  Rudel bergabung bersama Luftwaffe pada tahun 1936, dan pada tahun 1941 ia mendapat misi tempur pertamanya, dengan pangkat Letnan. Atas jasanya hingga perang berakhir tahun 1945, ia mendapatkan satu-satunya medali Knight Cross dengan daun Oak emas. Apa prestasi yang membuat orang ini begitu diagungkan sehingga layak mendapatkan satu-satunya penghargaan yang tidak pernah diterima oleh tentara Jerman yang lain?



Hans-Ulrich Rudel

Well, percaya atau tidak, selama 4 tahun ia telah ikut dalam 2.530 misi penerbangan. Hasil yang diperolehnya adalah, ia mampu mengahancurkan : 800 kendaraan berupa Jip, Truk Angkut dan mobil militer lainnya,  519 Tank, Sebuah Kapal Penghancur, 2 Kapal penjelajah, Sebuah Kapal Induk Rusia, 70 Landasan, 4 Kereta Berpelindung Baja, Beberapa Jembatan, dan 9 Buah Pesawat yang ia tembak jatuh! Ditotal dengan kendaraan kecil lainnya, beberapa sumber mengklaim bahwa ia telah menghancurkan lebih dari 2.000 kendaraan militer sekutu.

Pada tanggal 13 Maret 1944, ia pernah mengalami pertempuran udara dengan pilot legendaris Rusia, yang tidak hanya sekali dianggap sebagai pahlawan besar negara tersebut. Pilot sepanjang masa Rusia (secara statistik) tersebut bernama Lev Shestakov. Dan tebak siapa yang akhirnya menang? Ya, Rudel menembak jatuh sang pahlawan Rusia hingga menyebabkan kekacauan dan kepanikan luar biasa di tengah pasukan angkatan udara Rusia.

Rudel pernah tertembak jatuh di awal tahun 1945, hingga menyebabkan kakinya harus diamputasi. Setelah operasi amputasi, ia masih sanggup menerbangkan pesawatnya hingga menghancurkan 26 Tank lagi.
Setelah Jerman kalah pada bulan Mei 1945, ia terbang ke Amerika untuk menyerahkan diri. Pada tahun 1948 ia dibebaskan dan tinggal di Argentina. Hans-Ulrich Rudel meninggal pada tanggal 18 Desember 1982 di Jerman.



4. Simo Hayha : Pembunuh Massal Penyebar Teror di Hutan Salju

Apabila di atas sudah dituliskan kisah heroik dari penembak jitu bernama Vassili Zaitsev di Rusia, Finlandia memiliki tandingan penembak jitu bernama Simo Hayha. 

Rusia menginvasi Finlandia di pertengahan tahun 1939. Karena hampir keseluruhan perang mempertahankan Finlandia berlangsung di hutan, maka Hayha memilih untuk bersembunyi di atas pohon setinggi 6 kaki, di tengah salju sedingin 20-40 derajat di bawah Celcius. Di titik itulah ia dengan jitu menghabisi nyawa serdadu Tentara Merah. Pada awalnya puluhan, dan terus naik menjadi ratusan.
Pasukan Rusia menjulukinya "White Death" karena ia menggunakan baju pelindung warna putih untuk berkamuflase dengan salju. Beberapa kali Rusia mengirimkan pasukan perintis ke hutan tempat Hayha bersembunyi, namun semuanya berhasil disapu habis olehnya. Pasukan penembak jitu yang dikirm oleh Rusia (minus Vassili Zaitsev, karena waktu itu Zaitsev belum tergabung dalam satuan penembak jitu Rusia) dikirim juga, dan kembali berakhir dengan kematian semuanya di tangan Hayha.



Simo Hayha, The White Death

Selama 100 hari bersembunyi di hutan dengan berkamuflase di tengah suhu sangat dingin, Hayha terhitung berhasil mengeliminasi 542 prajurit Rusia dengan senapan laras panjangnya. Itu belum ditambah dengan jumlah yang ia tembak dengan senapan otomatisnya. yang ditaksir mencapai sekitar 150 orang!!

Komando militer Rusia yang sangat terganggu dengan aksinya, memutuskan untuk membombardir hutan tempat Hayha bersembunyi. Dengan bantuan artileri udara dan darat, hutan itu benar-benar habis dibombardir. Tapi memang beruntung dan luar biasa, Simo Hayha berhasil selamat dari bombardemen tersebut.

Akhirnya, tidak seorang Rusiapun berani masuk ke hutan tersebut, tanpa misi tertentu. Mereka takut akan cerita Simo Hayha dan White Death. Namun seiring berjalannya waktu dan banyaknya pasukan yang dikirim untuk membunuh Hayha, akhirnya ada juga sebuah peluru yang mengenainya. Naasnya, peluru ini bukan peluru biasa melainkan peluru berpeledak. Peluru itu mengenai rahangnya, merobek pipi sebelah kirinya, dan menghancurkan wajah kirinya. 
Akhir untuk White Death? Ya untuk di Perang Dunia II, tapi tidak untuk hidupnya. Setelah menjalani perawatan, Hayha berhasil selamat beberapa tahun kemudian. Sayang ia tidak sempat menghadapi pertarungan dengan Vassili Zaitsev, sniper Rusia yang disebut-sebut tidak kalah jitu dalam menghabisi musuh. Hayha muncul di saat Zaitsev belum terdaftar di pasukan Infanteri, dan Heyha mengalami koma di saat Zaitsev tengah mencapai masa gemilangnya...


5. Lacchiman Gurung : Tangan Kiri Membantai 31 Orang Jepang




Lacchiman Gurung adalah orang Nepal yang tergabung di dalam pasukan Inggris dan Persemakmuran, dan dikirim ke medan perang Pasifik. Tidak banyak sejarah yang bisa didapat mengenai orang ini, baik mengenai karir kemiliteran maupun riwayat hidup yang mendetail.
Tapi, alesan gw bikin post ini adalah untuk menunjukkan sesuatu yang lebih heroik daripada Rambo, sesuatu yang lebih brutal daripada Rambo, dan seseorang yang terluka lebih banyak daripada Rambo. Jadi, tanpa banyak riwayat dan kesejarahan embel-embel yang lain, Gurung sesuai dengan kriteria penulisan gw.

Gurung diterjunkan di Myanmar, tempat ia dan kompinya berserta peletonnya (kelompok terkecil dalam kemiliteran, di bawah kompi) harus bertahan dari serangan Jepang. Saat jumlah orang di kompinya tinggal menyusut hingga jumlah belasan, sekitar 200 serdadu Jepang masih mengepungnya. Dua kali granat tangan dilemparkan kepadanya, namun dua kali pula granat itu ia lempar balik ke arah musuhnya. Kali ketiga granat datang, ia mengambilnya dan kembali hendak melempar balik. Namun sayangnya, granat terlanjur meledak di genggaman tangan kanannya, menyebabkan jari-jari tangannya hancur, dan lengan kanannya tidak bisa digunakan. Serpihan granat juga menyebabkan kakiknya terluka dan tidak bisa berlari, tubuh bagian kanannya luka parah, dan wajahnya juga. Bahkan penglihatannya yang kanan menjadi tidak bisa digunakan. 2 Kawan disampingnya juga terluka parah dan tidak bisa kembali bertempur.

Gurung tetap berusaha melanjutkan posisi bertahannya dengan hanya menggunakan lengan kirinya saja. Dengan kondisi tubuh sebelah kanan yang semuanya nyaris cacat dan lumpuh, ia mempertahankan diri dari serangan Jepang. Selama 4 Jam ia berhasil bertahan, hingga datang pasukan bantuan. Di sekitar lubang perlindungan Gurung, ditemukan 31 mayat serdadu Jepang yang terkena tembakan dari lengan kirinya. 
Segera setelah itu, Gurung ditarik kembali untuk mendapat pengobatan. Dengan mata buta dan tangan kanan hilang, Gurung masih memaksa untuk ikut diturunkan di medan peran Pasifik. Atas jasa dan keberaniannya, tahun 1945 ia menerima medali Victory Cross. Ia selamat dari keseluruhan peperangan dengan luka yang sangat parah, dan pulang kembali ke Nepal pada tahun 1947.


*Setelah baca post ini, masih terpikir untuk memasukkan Rambo ke dalam daftar 5 besar gw? Hehehehehe....semoga tidak! 

7 comments: